Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Kucing untuk Fatimah

Apa jadinya jika suami-istri berkolaborasi membikin game komputer? Ini dia: permainan ”mengelus kucing” CATouch!.

15 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARANYA belum sempurna, melulu huruf vokal dengan sedikit konsonan. Tapi lihatlah ia di depan komputer. Baru berumur setahun lewat sedikit, Fatimah Azzahra sudah giat mencari akal ”berbicara” dengan mesin pintar itu. Ia menekan-nekan monitor dengan jarinya. Tentu saja komputer tak merespons. Sebab, si komputer hanya mau diajak bicara via papan ketik dan tetikus—peranti yang terlalu besar untuk tangan Fatimah.

Beruntung ia punya orang tua cemerlang. Suami-istri Rio Andita Setiabakti, 27 tahun, dan Fina Martiningtyas, 28 tahun, mendapat gagasan cerdas gara-gara polah putrinya: membikin permainan komputer (game) yang dioperasikan dengan layar sentuh.

Kini permainan komputer itu sudah jadi favorit Fatimah, meski masih versi uji coba. Namanya CATouch!, game yang mensimulasikan kepiawaian memelihara kucing di dalam komputer dan dikendalikan dengan layar sentuh.

Pada awal Desember lalu, dalam ITB Digital Media Festival 2008 di Bandung, si kucing menjadi pusat perhatian pengunjung. Pada akhir perhelatan itu, CATouch! dinobatkan sebagai juara permainan komputer dengan peranti interaktif (Game With Interaction Device) untuk kategori Game Development.

Ini bukan game yang mudah dibuat. Layar sentuh jarang dipakai sebagai alat input dalam permainan komputer. Tapi, bagi kedua lulusan ITB itu, komputasi dan dunia game bukan barang asing.

Rio, lulusan fisika ITB, telah menjadi pembuat program komputer paruh waktu sejak SMA. Ia mulai menekuni pengembangan peranti lunak pada 2003. Proyek pertamanya adalah pustaka algoritma untuk simulasi fisika. ”Pustaka ini saya beri nama pSmunli (Physics Simulation Library) dan dirilis sebagai proyek open source di sourceforge.net.”

Ternyata simulasi fisika yang ia bikin berguna pada permainan komputer. Rio dan beberapa temannya mulai mengembangkan peranti lunak permainan komputer. Mereka mengawalinya dari pengembangan game engine Pusaka3D pada permulaan 2005. Pusaka3D telah digunakan dalam permainan Super Pong Revolution.

Pada akhir 2005, sebuah perusahaan di Essex, Inggris, memberikan order proyek game berjudul PlayPetz.com. Ini permainan berbasis simulasi hewan peliharaan. Berbekal pengalaman sebagai lead programmer beberapa game simulasi, ia mengembangkan permainan berjudul Antara Quest Online, setahun kemudian. Sayang, game ini mati suri karena kekurangan biaya. Sampai saat ini, permainan itu baru berbentuk demo.

Nah, istrinya tak kalah akrab dengan komputer. Alumnus teknik informatika ITB angkatan 1998 ini sedang melanjutkan studi magister di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB. Sementara Rio mengambil master di jurusan fisika, Fina menekuni media dan game teknologi untuk studi masternya.

Ketika gagasan membuat CATouch! mampir di rumah mereka sekitar September 2007, keduanya kebetulan tengah melakukan pengembangan teknologi game baru. Fokusnya pada permainan dengan model multisentuh (multitouch). Sebelumnya, hasil riset multisentuh ini sudah menghasilkan beberapa produk. Di antaranya Fun Activity with Multitouch. Permainan komputer ini pernah disertakan dalam Festival Game dan Animasi 2007 di Malang, Jawa Timur. ”Namun saat itu layar multitouch yang dikembangkan belum dapat berfungsi baik, sehingga tak dapat diperkenalkan,” kata Rio.

Tak patah arang oleh kegagalan di Malang, pasangan itu akhirnya menemukan bentuk permainan yang cocok untuk teknologi multitouch. Mereka menyebutnya community gamming. Ini istilah mereka untuk menerangkan permainan komunitas yang merupakan bentuk baru game Virtual Collaborative Network. Setelah bentuk permainannya terbayang, mereka mencari game paling cocok untuk orang banyak di tempat umum. Lahirlah CATouch!. Mengapa kucing?

Keluarga Rio memang suka kucing. Tapi pemilihan hewan ini punya dasar ilmiah. Pet Owners Survey 2007-2008 di Amerika Serikat menyebut kucing dan anjing adalah dua hewan peliharaan terpopuler di negeri itu. Survei itu menunjukkan, keluarga yang memiliki anjing lebih banyak daripada keluarga yang memiliki kucing, tapi kucing yang dipelihara lebih banyak daripada anjing. Inilah angkanya: jumlah keluarga yang memelihara anjing di Amerika sekitar 44,8 juta. Yang punya kucing 38,4 juta. Jumlah kucing yang dipelihara 88,3 juta ekor, dan anjing 74,8 juta ekor.

Sebelum CATouch! dimainkan, pemain dipersilakan memilih kucing yang akan dipelihara. Setelah itu, pemain diberi pengetahuan dasar memelihara kucing—dari cara menyediakan makanan dan minuman hingga cara merawat tubuhnya.

Ternyata memelihara si kucing cukup gampang. Pemain tinggal memilih menu interaksi di sebelah kanan layar. Di sana ada empat pilihan. Menu paling atas adalah Paw dengan lambang tapak kucing, berfungsi untuk mengelus kucing. Di bawahnya ada menu Bowl, yang bergambar piring makanan kucing, untuk memberi makan. Menu ketiga adalah Brush, dengan lambang sikat, guna menyikat tubuh kucing, dan yang keempat Ball—diwakili gambar bola—sebagai ajakan bermain.

Pemain juga akan mendapat petunjuk dasar untuk menambah kemampuan kucing. Jika tahap kemampuan tertentu sudah dilampaui, pemilik dapat menyertakan kucingnya dalam kontes. Pemain akan memperoleh imbalan jika kucing peliharaannya menang dalam kontes atau tantangan tertentu.

Sedikit-banyak, game ini mengingatkan orang pada Tamagotchi, yang ngetop beberapa tahun lalu. Game asal Jepang itu menuntut pemainnya telaten memelihara sesosok hewan fiksi. Jika tidak, hewan bisa mati, lalu selesailah permainan. Untunglah, CATouch! tidak seburuk itu.

Pada CATouch!, kucing akan baik-baik saja selama pemain memelihara dan merawat peliharaannya dengan baik. Jikapun kucing itu tidak diberi perhatian, lupa diberi makan atau minum, hewan itu tak bakal mati. ”Game ini lebih mengajak pemain bersenang-senang daripada merasa tertantang seperti pada game lain,” kata Rio.

Tapi jangan menganggap kucing itu tak bisa marah. Game dengan gaya visual fun pet-like realistic itu membawa kecerdasan buatan. Kucing berbulu abu-abu dan bermata besar warna biru itu bisa melempar senyum atau memajang wajah cemberut . ”Untuk mendukung ekspresi, mata dan mulut kucing dibuat dengan proporsi lebih besar daripada kucing biasa,” kata Rio.

Coba saja si kucing dipanggil. Jika dirawat dengan baik, ia segera bereaksi. Tapi, jika si kucing menganggap dirinya tidak cukup diperhatikan, dia akan cuek atas panggilan tuannya. Otak buatan itu juga menuntun kucing bereaksi terhadap sentuhan yang diberikan pemeliharanya.

Meongnya... luar biasa. Rupanya, Rio memasukkan suara kucing asli—mengeong, menggeram, dan mendengkur. Hasilnya, game yang dimainkan dengan musik latar lagu tradisional Meong-meong dari Bali dan lokasi latar variatif ini—dari ruang keluarga hingga halaman rumah dengan aneka hewan—terasa hidup.

Keunggulan utama game ini pada interaktivitasnya, yang mengandalkan sejumlah sensor inframerah. Inilah yang membedakan CATouch! dengan game interaktif lain, yang umumnya dikhususkan untuk seorang pengguna pada satu sesi. Game itu, misalnya, Catz, Dogz, yang dipublikasikan Electronic Arts. ”Game dengan karakter seperti ini mengakibatkan pemain lebih individualistis dan asosial. Inilah yang kita temui sebagai akibat maraknya permainan digital,” kata Rio.

CATouch! sama sekali berbeda dari game semacam itu. Sungguhpun tanpa keyboard dan tetikus, CATouch! amat mampu berkolaborasi. Banyak orang bisa bermain dan berinteraksi pada satu layar secara bersamaan. ”CATouch diharapkan menjadi inisiasi bentuk permainan digital baru untuk semua umur. Pemain dituntut untuk berkolaborasi seperti ketika bermain ular tangga atau permainan tradisional lain yang hanya bisa dimainkan jika ada teman,” kata Rio. Anda tertarik?

Sayang, kucing komputer masih punya masalah besar. CATouch!—digawangi Fina Martiningtyas sebagai programer, suaminya sebagai project manajer/lead programmer, dan I Made Marthana Yusa yang menangani lead artist—sejauh ini belum dikembangkan sebagai permainan komersial. ”Game ini baru menjadi portofolio riset dan pengembangan alat interaksi multitouch (layar ataupun sarung tangan) maupun permainannya. Kami berharap ini menjadi daya tarik bagi investor,” kata Rio.

Anwar Siswadi (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus