Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Pegasus Spyware, Peretas WhatsApp yang Diproduksi Israel

WhatsApp telah mengajukan gugatan di pengadilan AS yang menghubungkan serangan Pegasus Spyware dengan perusahaan spyware bernama NSO Group.

2 November 2019 | 06.15 WIB

Logo WhatsApp pada layar ponsel. (thenextweb.com)
Perbesar
Logo WhatsApp pada layar ponsel. (thenextweb.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Amnesty International mengungkap serangan digital menggunakan Pegasus Spyware terhadap dua pembela hak asasi manusia Maroko, akademisi dan aktivis Maati Monjib serta pengacara hak asasi manusia Abdessadak El Bouchattaoui.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pegasus Spyware merupakan virus yang diproduksi oleh perusahaan Israel NSO Group yang digunakan untuk menargetkan lebih dari 100 aktivis hak asasi manusia, demikian dikutip Open Access Government, baru-baru ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pengungkapan ini menggarisbawahi bahwa NSO Group terus mendapat untung dari produk spyware yang digunakan untuk mengintimidasi, melacak, dan menghukum sejumlah pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, termasuk Kerajaan Bahrain, Uni Emirat Arab dan Meksiko," ujar Danna Ingleton, Wakil Direktur Amnesty Tech.

Pada Mei 2019, WhatsApp menghentikan serangan dunia maya canggih yang mengeksploitasi sistem panggilan video untuk mengirim malware ke perangkat seluler sejumlah pengguna WhatsApp. Sifat serangannya tidak mengharuskan pengguna yang ditargetkan untuk menjawab panggilan yang mereka terima.

WhatsApp juga telah mengajukan gugatan di pengadilan AS yang menghubungkan serangan itu dengan perusahaan spyware bernama NSO Group dan perusahaan induknya Q Cyber Technologies. Gugatannya soal pelanggaran hukum AS dan California serta Persyaratan Layanan WhatsApp, yang melarang jenis penyalahgunaan ini.

WhatsApp, kata Ingleton, layak mendapatkan pujian atas sikap keras terhadap serangan jahat ini, termasuk upaya untuk meminta pertanggungjawaban NSO di pengadilan.

"NSO mengatakan spyware-nya semata-mata dimaksudkan untuk mencegah kejahatan dan terorisme. Tapi alat pengawasan invasif perusahaan digunakan untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia," tutur Ingleton.

Ingleton melanjutkan bahwa cara teraman untuk menghentikan produk spyware NSO masuk ke pemerintah dan berencana untuk menyalahgunakannya adalah dengan mencabut lisensi ekspor perusahaan. "Ini sebabnya mengapa Amnesty International mendukung kasus hukum di Pengadilan Distrik Tel Aviv, memaksa Kementerian Pertahanan Israel untuk melakukan hal itu," kata Ingleton.

Dalam pernyataan awal, WhatsApp mengatakan bahwa timnya dengan cepat menambahkan perlindungan baru ke sistem. Dan mengeluarkan pembaruan ke WhatsApp untuk membantu menjaga keamanan pengguna.

"Kami sekarang mengambil tindakan tambahan, berdasarkan apa yang telah kami pelajari sampai saat ini," kata pihak WhatsApp. "Ini adalah pertama kalinya penyedia pesan terenskripsi mengambil tindakan hukum terhadap entitas swasta yang telah melakukan jenis serangan terhadap penggunanya."

WhatsApp juga menjelaskan bagaimana NSO melakukan serangan ini, termasuk pengakuan dari seorang karyawan NSO bahwa langkah WhatsApp untuk memulihkan serangan itu efektif. "Kami mencari perintah hukum permanen yang melarang NSO menggunakan layanan kami," ujar WhatsApp.

OPEN ACCESS GOVERNMENT | NEW YORK TIMES

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus