Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Paus di Istiqlal: Saya Berharap Komunitas Semakin Terbuka bagi Dialog antar Umat Beragama

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Paus di Istiqlal: Saya Berharap Komunitas Semakin Terbuka bagi Dialog antar Umat Beragama
Iklan

Kedatangan Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal, Kamis (9/5) disambut oleh Imam Besar Nasaruddin Umar. Setelah acara penyambuitan, keduanya pun mengunjungi Terowongan Silaturahmiyang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Terowongan Silaturahmi tersebut dibangun pada tahun 2023 lalu.

"Terowongan ini, lorong silaturahmi ini menghubungkan dua rumah ibadah. Dan di dalamnya banyak simbol yang sangat indah dan melambangkan toleransi beragama yang sangat intensif," kata Imam Besar Nasaruddin Umar saat kunjungan Paus di Masjid Istiqlal.

Baca juga:

Sebelum memasuki terowongan, Paus pun menyampaikan pidatonya. Ia mengagumi keberadaan Terowongan Silaturahmi sebagai simbol toleransiantar umat beragama.

"Saya berharap komunitas kita dapat semakin terbuka bagi dialog antar umat beragama dan semoga menjadi sebuah simbol kehidupan bersama yang damai, yang mencirikan Indonesia. Saya berdoa kepada Allah Sang pencipta, agar Ia memberkati mereka yang melewati terowongan ini dalam semangat persahabatan, kerukunan, dan persaudaraan," kata Paus Fransiskus.

Di momen itu, tak segan Nasaruddin membantu memegangi mikrofon selama Paus berpidato. Kepada Paus, Imam Besar menyampaikan harapannya terhadap Terowongan Silaturahmi.

Baca juga:

"Semoga dengan Terowongan Silaturahim ini menjadi jembatan persaudaraan bukan saja antara Katolik dan Islam tetapi antar umat beragama dan sesama umat manusia," jelas Nasaruddin.

Para pemuka agama dan tokoh penting di Indonesia turut hadir

Turut hadir di Masjid Istiqlal adalah para pemuka agama lain, termasuk tokoh-tokoh seperti Quraish Shihab, Jusuf Kalla, istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid yaitu Sinta Nuriyah, Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dll.

Nasaruddin menjelaskan bahwa di bawah Terowongan Silaturahmi ada dua level tempat parkir yang dapat menampung sekitar 1000 mobil, dan digunakan untuk umat maupun jemaat kedua rumah ibadah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masjid Istiqlal yang didirikan pada tahun 1961, diresmikan pada tahun 1978. Seorang arsitek dari Indonesia bernama Frederich Silaban, yang merupakan penganut agama Kristen dipercaya untuk membangun masjid ini.

"Bukan hanya rumah ibadah umat Muslim, tapi juga rumah besar untuk kemanusiaan. Kita berprinsip bahwa humanity is only one. Sehingga peran pemberdayaan umat difokuskan pada basis kemanusiaan dan harmoni kehidupan,” lanjut Nasaruddin.

Momen Imam Besar Paus dan Imam Besar

Di akhir kunjungan, ada peristiwa hangat yang terjadi. Paus berfoto dengan para pemuka agama, termasuk dengan Nasaruddin. Di saat itulah, Nasaruddin mencium kepala Paus, dan dibalas oleh Paus dengan mencium tangan Nasaruddin. Awak media yang mengabadikan momen tersebut sontak ikut merespons kehangatan Nasaruddin dan Paus.

Paus Fransiskus pimpin misa di GBK

Melengkapi kunjungannya di Indonesia, Paus Fransiskus memimpin misa akbar di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Kamis (5/9). Diperkirakan sekitar 86.000 orang hadir dalam misa yang digelar di dua stadion, yaitu Stadion Madya GBK, dan Stadion Utama GBK.

Sebelum misa dimulai, Paus Fransiskus ditemani Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo berkeliling menggunakan mobil Maung dan menyapa umat yang sudah hadir di GBK beberapa jam sebelumnya. Ia sempat berjoget saat mendengar 'jingle yelyel' yang dinyanyikan umat secara serentak.

Saat berkeliling, beberapa kali Paus sempat berhenti untuk menyambut dan mencium para balita dan bayi yang dibawa oleh orang tuanya mengikuti misa di GBK. Misa pun berjalan dengan khusyuk.

"Yang saya kagumi (dari Paus) yaitu kesederhanaannya. Bisa memberikan kasih kepada siapa saja, bisa mendekati dengan sukacita, hati tentram. Makanya kami punya kerinduan jauh-jauh meski naik pesawat sampai di sini menunggu tiga hari dengan antrean panjang, tapi kami bisa mengikuti ibadah dengan sukacita," ujar Herlina, umat Katolik dari Sorong.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada