Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Wuhan Serupa Kota Hantu, Klaim Penumpang yang Lolos dari Karantina

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Wuhan Serupa Kota Hantu, Klaim Penumpang yang Lolos dari Karantina
Iklan

Suasana mencekam mendekap kota Wuhan di Cina menyusul ancaman wabah virus corona. Penumpang terakhir yang berhasil keluar dari Wuhan sesaat sebelum pemberlakuan karantina massal mengabarkan tentang kota yang lumpuh, toko-toko ditutup dan jalan raya yang kosong.

Pemerintah Cina sebelumnya menutup akses transportasi dari dan ke Wuhan untuk menghadang wabah virus corona. Saat ini otoritas kesehatan di Beijing juga dikabarkan sudah memerintahkan karantina massal untuk kota Huanggang yang berpenduduk 7,5 juta orang.

Baca Juga:

Kedua kota hanya terpaut jarak sejauh 85 kilometer.

Salah seorang warga Jepang yang tiba di bandara Narita di Tokyo berkisah betapa kota itu telah dibuat lumpuh. "Semua toko-toko tutup sejak kemarin dan tidak seorangpun berada di jalan. Semua orang mengenakan masker," kata Minoru Okada, yang sering pulang pergi ke Wuhan untuk urusan bisnis.

Baca juga: Cina Laporkan Kematian Kedua Akibat Virus Corona Jenis Baru

Dia mengaku tidak tahu kapan bisa kembali ke kota berpenduduk sebelas juta jiwa tersebut. "Bus dan kereta bawah tanah berhenti beroperasi," ujarnya. Dia kini mengkhawatirkan rekan bisnisnya yang masih terjebak di dalam kota.

Baca Juga:

Minoru termasuk penumpang yang beruntung lantaran berhasil keluar dari Wuhan sebelum karantina. Dia mengabarkan semua penumpang pesawat mengenakan masker agar tidak terjangkit virus.

Hal senada dialami Kazayuki Kamei, 60, seorang warga Jepang lain yang kerap berpergian ke Wuhan. "Saya seharusnya kembali ke sana bulan depan. Tapi saya tidak tahu apakah itu mungkin," katanya. Dia mengaku sudah menginstruksikan stafnya di Wuhan agar menjaga kebersihan untuk mencegah penularan. "Kami sangat hati-hari."

Adapun penumpang pesawat yang tiba di Sydney dalam perjalanan terakhir dari Wuhan disambut oleh petugas kesehatan. Mereka diberikan penjelasan mengenai gejala dan ciri-ciri virus corona serta diminta proaktif untuk melapor jika ada dugaan penularan pada manusia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Mereka meminta semua orang mengenakan masker, meski semua penumpang sudah memakai masker sejak awal, bahkan awak pesawat sekalipun," kata Kevin Ouyang yang kembali dari perjalanan dinas di Cina.

Langkah serupa dilakukan berbagai negara. Amerika Serikat misalnya membatasi penerbangan dari Wuhan ke lima bandar udara untuk memudahkan pengawasan. Sementara di Seoul, otoritas bandara menyiapkan dua gerbang khusus untuk penumpang dari Wuhan.

Baca juga:WHO: Penyebab Wabah Misterius di Wuhan Mungkin Virus Baru

Upaya pengawasan juga dilakukan di bandar udara di Singapura, Malaysia, Bangladesh, Rusia, Italia, India, Nigeria dan Jepang.

Di Narita, seorang penumpang asal Jepang yang menolak menyebutkan nama meyakini penerbangan yang dia tumpangi "bisa jadi penerbangan terakhir keluar," dari Wuhan. "Saya sangat khawatir," imbuhnya.

Warga Wuhan sendiri tidak berdaya menghadapi karantina. Sejumlah penduduk mengaku "hampir menangis" ketika mendengar kabar tersebut. "Kami tidak lagi ke luar rumah," tutur seorang pengguna asal Wuhan lewat platform media sosial Weibo. "Kami membutuhkan makanan dan desinfektan," imbunya lagi.

"Kami harap semua orang bisa mengerti bahwa kami merasa ini sudah seperti kiamat."

rzn/ml (afp, rtr, ap)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada