Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

PBB Kecam Malaysia Usai Tangkapi Buruh Migran Dengan Dalih Pengendalian Wabah

Reporter

Editor

dw

image-gnews
PBB Kecam Malaysia Usai Tangkapi Buruh Migran Dengan Dalih Pengendalian Wabah
Iklan

Utusan khusus PBB untuk Hak Migran mengecam tindak pemerintah Malaysia menggerebek kantung-kantung migran ilegal dengan dalih pencegahan wabah. Menurutnya pendekatan kekerasan tidak membantu meredam penyebaran virus corona.

“Gelombang penggerebekan dan kampanye kebencian sangat merugikan upaya memerangi pandemi di dalam negeri,” kata Felipe Gonzales Morales kepada Reuters.

Baca Juga:

PBB menilai kebijakan Kuala Lumpur hanya menciptakan rasa takut di kalangan kaum migran, termasuk mereka yang menetap secara legal.

Namun pemerintah Malaysia bergeming. Kementerian Kesehatan sebaliknya mengabarkan pihaknya menemukan beberapa “kluster” COVID-19 di kantung-kantung pemukiman buruh migran.

Perang melawan wabah di kantung pengungsi

Jumat (22/5) Kemenkes melaporkan 35 kasus baru usai menggerebek sebuah pusat penampungan imigrasi di Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Sebanyak 645 dikabarkan ditahan apparat keamanan.

Baca Juga:

“Sumber penularan masih diselidiki. Kami harus menginvestigasi secara teliti sebelum membuat pernyataan apapun,” kata Direktur Jendral Kementerian Kesehatan, Noor Hisham Abdullah.

Dia mengatakan dari 35 kasus positif di Bukit Jalil, 17 orang berasal dari Myanmar, 15 dari India dan tiga orang yang masing-masing berasal dari Sri Lanka, Bangladesh dan Mesir.

Rabu (20/5) lalu pemerintah juga menangkap 200 migran dari Bangladesh dan Indonesia di Kuala Lumpur.

Sejauh ini otoritas Malaysia sudah mengurung lebih dari 1.800 migran dari dua aksi penggerebekan. Selama wabah, jiran di utara itu mencatat lebih dari 7.000 kasus penularan dengan 114 angka kematian.

Sentimen xenofobia di tengah wabah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

PBB sebaliknya beralasan, menahan migran di tengah wabah justru merugikan upaya mengendalikan penyebaran virus. “Dalam situasi semacam itu mereka akan semakin takut keluar untuk menjalani tes atau pergi berobat, bahkan jika mereka memiliki gejala virus corona,” kata Felipe Morales.

Migran yang ditahan termasuk anak-anak dan pengungsi Rohingya asal Myanmar, tuduh PBB.

Menurut laporan The Guardian, aksi penggerebekan terhadap migran illegal turut diiringi tuduhan miring bernada xenofobia terhadap komunitas warga asing, terutama pengungsi Rohingya.

Kampanye anti asing itu juga membidik aktivis kemanusiaan dengan membeberkan data dan foto pribadi mereka di internet. Akibatnya kaum yang cendrung miskin dan termarjinalkan itu kian kesulitan mengakses bantuan kemanusiaan.

Menteri Dalam Negeri Hamzah Zainuddin pernah menerbitkan pernyataan yang menyebutkan etnis Rohingya sebagai “imigran ilegal” di Malaysia yang tidak mengakui “hak suaka.”

Menurutnya pengungsi Rohingya “tidak memiliki status, hak atau dasar untuk mengajukan tuntutan kepada pemerintah.”

Dalam pernyataannya PBB juga meyakini “rasa takut terhadap penangkapan bisa mendorong kelompok ini untuk bersembunyi,” dan meningkatkan “risiko penyebaran COVID-19.”

Rzn/ (dpa, rtr, bbc, guardian)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada