Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Libanon Serupa 'Kapal Karam', Menlu Nassif Hitti Letakkan Jabatan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Libanon Serupa 'Kapal Karam', Menlu Nassif Hitti Letakkan Jabatan
Iklan

Nassif Hitti menjadi anggota kabinet pertama yang mengundurkan diri menyusul krisis berkepanjangan di Libanon. Pada Senin (3/8) dia menyerahkan surat pengunduran diri kepada Perdana Menteri Hassan Diab dan keluar dari Istana Kepresidenan, Grand Serail, tanpa memberikan komentar.

Langkah pengunduran diri Hitti itu dinilai sebagai pukulan telak bagi pemerintahan Diab.

Baca Juga:

Krisis yang dipicu oleh kehancuran ekonomi dan maraknya korupsi itu dinilai sebagai ancaman terbesar bagi Libanon sejak berakhirnya perang saudara selama 15 tahun tahun 1990 silam. PM Hassan Diab kesulitan menerapkan langkah reformasi untuk menghadang hiperinflasi, lonjakan kemiskinan dan pengangguran, yang diperparah dengan wabah corona.

Pemerintah gagal atasi wabah dan terapkan reformasi

Hitti mengatakan pemerintah sudah gagal menanggulagi wabah dan mengimplementasikan reformasi untuk menyelamatkan ekonomi. "Setelah berpikir panjang, saya menyimpulkan bahwa saya tidak bisa lagi menjalankan tugas di bawah situasi yang bersejarah ini," katanya.

Dia mengaku harus mengundurkan diri "karena absennya sebuah visi untuk Libanon, dan keingingan politik untuk menjalankan reformasi struktural yang menyeluruh." Peringatannya bernada dramatis, bahwa Libanon bisa menjadi "negara gagal" jika para politisi tidak mampu bersatu melindungi kepentingan nasional.

Baca Juga:

"Saya bergabung dengan pemerintahan ini untuk bekerja di bawah satu bos, yakni Libanon. Tapi di negeri ini saya berurusan dengan banyak bos dengan kepentingan yang saling bersebrangan," imbuhnya. "Jika mereka tidak mampu bekerja sama demi masyarakat Libanon, kapal ini akan karam dengan semua orang di atasnya."

Ekonomi ambruk, kreditur angkat kaki

Hitti yang merupakan seorang diplomat karir, diangkat oleh PM Diab sebagai menteri luar negeri pada Januari lalu usai PM Saad Hariri lengser dari jabatannya. Diab didukung Hezbollah yang berafiliasi dengan pemerintah Iran. Meski menganut Islam Sunni seperti yang diwajibkan konstitusi, Diab tidak disokong oleh warga Sunni di Libanon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Diab mewarisi negeri yang dilanda krisis keuangan dan aksi protes massal berkepanjangan. Pemulihan ekonomi berjalan lambat, terutama sejak karantina wilayah ditetapkan untuk mencegah penyebaran wabah corona. Perundingan dengan Dana Moneter Internasional juga mengalami kebuntuan.

Adapun nilai tukar mata uang Pound Libanon terjun bebas sejak Oktober 2019. Buntutnya PHK massal bermunculan, rumah sakit terancam tutup lantaran kehabisan bahan bakar dan angka kriminalitas melonjak drastis. Maret silam pemrerintah akhirnya menyatakan diri tidak mampu melunasi utangnya.

Dalam sebuah pidato televisi, Diab mengatakan pemerintah tidak lagi mampu membayar utang senilai USD 1,2 miliar berupa Eurobond, obligasi eksternal Uni Eropa, lantaran krisis ekonomi.

Kasus pengunduran diri Hitti diduga berawal dari komentar pedas Diab kepada Menlu Perancis Jean-Yves Le Drian saat melawat ke Beirut, Juni silam. Le Drian yang sebelumnya menemui Hitti mengatakan dana pinjaman tidak akan dikucurkan selama pemerintah belum menerapkan langkah reformasi.

Diab lalu mengatakan Le Drian "tidak membawa sesuatu yang baru." Dia juga menuding menlu Perancis tidak mendapat informasi menyeluruh tentang reformasi yang sudah dijalankan pemerintah Libanon.

rzn/as (ap,rtr)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada