Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Gudang Gandum Hancur, Libanon Terancam Kelangkaan Pangan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Gudang Gandum Hancur, Libanon Terancam Kelangkaan Pangan
Iklan

Ledakan dahsyat di Beirut turut melumat gudang bahan pangan terbesar di seluruh negeri. Gudang berkapasitas 120.000 ton gandum itu, selama ini menjadi pintu masuk impor bahan pangan ke Libanon. Akibatnya kini pengimpor harus mengandalkan pelabuhan-pelabuhan kecil untuk mendatangkan bahan makanan. Hal ini dikhawatirkan bakal menciptakan kelangkaan pangan.

Libanon yang memiliki enam juta penduduk, hampir sepenuhnya mengandalkan pasokan gandum dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. "Produsen tepung biasanya memiliki gudang-gudang kecil, karena mereka harus menyimpan gandum terlebih dahulu sebelum diolah," kata Maurice Saade, Utusan Badan Pangan Dunia (FAO) untuk Libanon.

Baca Juga:

"Untuk menyimpan gandum, gudang-gudang itu sekarang menjadi yang paling besar."

Saat ini belasan hingga puluhan orang masih dinyatakan hilang usai ledakan yang meluluhlantakkan pelabuhan, Kamis (6/8). Setidaknya 154 orang meninggal dunia, 5.000 mengalami luka-luka dan sekitar 250.000 penduduk kehilangan tempat tinggal.

Solusi tambal sulam ala pemerintah

Dengan sistem perbankan yang berada di jurang krisis dan beban pinjaman pemerintah yang jatuh tempo dalam waktu dekat, Menteri Perekonomian Libanon, Raoul Nehme, mengatakan kemampuan pemerintah "sangat terbatas" untuk menanggulangi bencana. Sejauh ini kerugian akibat ledakan tersebut ditaksir berkisar di angka USD 15 miliar.

Baca Juga:

Tidak adanya terminal khusus dan gudang penyimpanan bahan pangan di pelabuhan-pelabuhan Libanon menjadi ancaman serius pasca bencana. Pemerintah dikritik lantaran lebih suka mempraktikan strategi tambal sulam, ketimbang membidik akar permasalahan, seperti yang terjadi pada sektor energi atau layanan kebersihan kota.

Produsen tepung yang berjumlah delapan perusahaan terpaksa harus mencari jalur logistik baru buat melindungi pasokan gandum. Diyakini, truk-truk pengangkut gandum akan dialihkan dari Beirut ke Tripoli yang berjarak 85 kilometer di utara Beirut. "Ini sangat berisiko," kata Hesham Hassanein, Konsultan Ketahanan Pangan di Kairo, Mesir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Apa yang terjadi adalah produsen tepung terigu menyimpan sebagian gandumnya di gudang di pelabuhan Beirut, lalu mengambilnya jika diperlukan," jelasnya. "Kapasitas gudang itu biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri selama dua setengah hingga tiga bulan."

Penyambung hidup berupa cadangan gandum

Menteri Perekonomian Raoul Nehme mengatakan, gudang di pelabuhan hanya menyimpan 15.000 ton gandum ketika dilumat ledakan. Dia mengakui Libanon membutuhkan cadangan pangan strategis nasional untuk minimal selama tiga bulan. Dengan laju konsumsi sebesar 40.000 ton per bulan, cadangan gandum nasional harus sebesar 100.000 ton.

Libanon mengimpar hingga 95% gandum, kebanyakan dari kawasan Laut Hitam. Nehme mengaku kementeriannya sempat merencanakan pembangunan gudang cadangan gandum nasional berkapasitas sebesar 40.000 ton. "Untungnya tidak jadi. Kalau tidak pasti sudah hancur," katanya.

Ketersediaan pangan sudah menjadi masalah di Libanon bahkan sebelum ledakan di Beirut. Inflasi yang tinggi memicu kenaikan harga bahan pokok yang membebani warga miskin. "Program Pangan Dunia (WFP) khawatir ledakan dan kerusakan pada pelabuhan akan semakin memperburuk situasi ketahanan pangan yang sebenarnya sudah buruk," kata seorang jurubicara WFP dalam sebuah nota untuk PBB.

rzn/as(rtr, dpa)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada