Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

BIN: Kalau Ekonomi Hancur, Keamanan Terganggu

Reporter

Editor

dw

image-gnews
BIN: Kalau Ekonomi Hancur, Keamanan Terganggu
Iklan

Terus meningkatnya kasus baru dan angka kematian COVID-19 di Indonesia terus menjadi perhatian berbagai pihak. Presiden Joko Widodo pun telah memerintahkan jajarannya di semua lini untuk fokus mengendalikan penyebaran virus SARS-CoV-2. TNI, Polri, hingga Badan Intelijen Negara (BIN) pun turut ambil bagian dalam upaya tersebut.

Saat ini Universitas Airlangga (UNAIR) bekerja sama dengan TNIA AD dan BIN tengah mengembangkan kombinasi obat virus corona COVID-19. Ada tiga kombinasi obat yang mereka gunakan. Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci. Proses pengembangan obat akan memasuki tahap uji klinis sesuai dengan prosedur Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca Juga:

Sejumlah pihak pun mempertanyakan keterlibatan BIN dan TNI dalam memproduksi obat yang dinilai bukan merupakan ranah intelijen dan militer. Adapun BIN juga kerap menggelar tes cepat maupun tes usap COVID-19 massal di beberapa wilayah Indonesia.

Deputi Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Hari Purwanto menjelaskan keterlibatan BIN bertujuan untuk membantu mempercepat pengendalian penyebaran virus corona di Indonesia.

“Kalau mengenai COVID-19 itu perintah presiden memang, karena menuntut kecepatan, perlu menggerakkan semua lini,“ tutur Wawan saat dihubungi DW Indonesia, Selasa (15/09) malam.

Baca Juga:

“Di samping itu untuk mendatangkan apapun dari luar negeri sulit karena lockdown. Nah, yang bisa tembus BIN,” sambungnya.

Selain di sektor kesehatan, BIN juga turut mengawal pemulihan sektor pariwisata di Indonesia khususnya Bali. Pekan lalu, BIN terjun langsung ke Bali untuk memastikan bahwa konsep pariwisata di Bali telah menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan baik sesuai Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019.

“Bali namanya ikon Indonesia di situ, nanti menyusul daerah-daerah lain. Kita turun untuk penyemangat, kita turun mencari feedback dari semua,” ungkap Wawan.

Tidak harus semuanya terekspos

Menanggapi ini, analis intelijen dan keamanan Stanislau Riyanta, berpendapat keterlibatan BIN dalam pengendalian penyebaran virus corona di Indonesia sebagai hal yang wajar. Menurutnya, krisis ini memiliki potensi dampak yang sistemik.

“Tapi juga ada ancaman kesehatan yang dampaknya bisa sistemik, bisa ke ekonomi, ke pendidikan, dan lain-lain. Ini menjadi ancaman negara juga, makanya wajar BIN ditugaskan atau ikut serta di dalam situasi seperti ini,“ ujar Stanislaus kepada DW Indonesia, Selasa (15/09).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurutnya, BIN yang mempunyai fungsi utama intelijen yakni penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan di dalam negeri dan luar negeri, banyak kegiatan BIN yang dilakukan secara tertutup dan tidak menjadi suguhan masyarakat.

“Banyak kegiatan BIN yang dilakuan tertutup undercover, tidak terekspos ke publik. Karena BIN itu sebenarnya dia end user dan single client-nya adalah presiden. Ketika menjelaskan ke masyarakat apa yang terjadi itu hanya sebagian kecil saja, teknis,” jelas Stanislaus.

Ia juga menilai bahwa BIN sejauh ini sudah cukup baik dalam memainkan perannya. “Tetapi kita lihat sampai saat ini situasi Indonesia relatif stabil.”

Stanislaus yang tengah menyelesaikan program doktoral di Universitas Indonesia ini pun mengimbau masyarakat untuk terus mendukung langkah-langkah yang diambil BIN.

“Masyarakat harusnya maklum karena (COVID-19) ini sesuatu hal yang luar biasa. BIN terpaksa turun tangan hingga sampai melakukan rapid test, karena bagaimana upaya BIN mencegah dini deteksi dini akan ancaman yang lebih serius dalam negara,” pungkasnya.

Kepada DW Indonesia, Wawan pun menekankan bahwa sejatinya BIN terus melaksanakan perannya sebagai fungsi intelijen dalam mendukung menjaga stabilitas negeri di samping turut membantu penanganan pandemi COVID-19 yang melemahkan perekonomian.

“Iya. Intinya kalau hancur ekonominya, keamanan terganggu. Coba ekonomi compang-camping, kriminalitas pasti naik. Kita saling mengisi,” pungkas Wawan.

rap/hp (dari berbagai sumber)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada