Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

130 Tahun Fritz Lang: Sutradara Legendaris Film Penuh Imajinasi

Reporter

Editor

dw

image-gnews
130 Tahun Fritz Lang: Sutradara Legendaris Film Penuh Imajinasi
Iklan

Fritz Lang membuka mata orang Jerman terhadap dunia perfilman. Bagi banyak pakar, sineas kelahiran Wina, Austria, 130 tahun silam ini merupakan sutradara terpenting dalam perfilman berbahasa Jerman. Tidak diragukan lagi, dia juga adalah salah satu sutradara paling berpengaruh di dunia.

Di Jerman sendiri, film-film karya Fritz Lang belakangan ini kembali menerima banyak pengakuan. Film bisu karya-karyanya kembali direstorasi dan dinikmati dalam suasana yang meriah. Festival film dan museum juga berlomba menyelenggarakan program retrospektif atas karyanya, dibarengi dengan sejumlah publikasi.

Baca Juga:

Contohnya film fiksi ilmiah berjudul Metropolis (1927). Film distopia beraliran ekspresionis ini menggambarkan keadaan masyarakat yang terpisah antara dua kelas sosial. Film ini tidak habis-habisnya dibahas oleh para pecinta film klasik.

Mulai dari sudut pengambilan gambar, para aktor yang kelelahan dan harus mengulang akting hingga belasan atau puluhan kali untuk mencapai gambar yang diinginkan Fritz Lang, kostum robot yang spektakuler sekaligus menyiksa, hingga ke penemuan potongan-potongan film yang belum pernah masuk sinema dan belakangan baru terungkap. Semua ini menjadi perbincangan yang mengasyikkan untuk dibahas.

Sineas kelahiran Wina pada 5 Desember 1890 ini memang ikon ekspor budaya dari Jerman. Lembaga kebudayaan Jerman, Goethe-Institut pun gemar memutar ulang film-film besutan Fritz Lang dalam berbagai kesempatan.

Misteri kematian istri pertama

Baca Juga:

Fritz Lang lahir dari keluarga Yahudi namun keluarganya beralih memeluk ajaran Katolik Roma saat sentimen antisemit mulai berkembang di Austria. Seperti dikutip dari laman Britannica, Lang belajar ilmu teknik sipil di Wina, namun dengan cepat ia lebih tertarik kepada lukisan, khususnya karya Gustav Klimt.

Ia sempat bertempur untuk Austria dalam Perang Dunia I yang mengakibatkannya terluka dan kehilangan satu penglihatannya. Setelah perang, ia menetap di Berlin dan menulis beberapa naskah dan cerita untuk proyek film bisu yang dianggap terlalu panjang dan ambisius, seperti Der Müde Tod (1921), Dr. Mabusa (1922) dan Die Nibelungen (1924) yang ceritanya berdasarkan legenda rakyat Jerman dari abad ke-13.

Berkaitan dengan kehidupan pribadinya, harian Inggris The Guardian menuliskan bahwa sang sutradara telah mencoba menyembunyikan fakta bahwa ia pernah menikahi perempuan bernama Lisa Rosenthal yang meninggal secara misterius pada tahun 1920. Lisa ditemukan tewas di rumahnya dengan luka akibat tembakan pistol. Tidak ada catatan bahwa Lang pernah menyebutkan peran Lisa dalam kehidupannya.

Namun penulis biografi Fritz Lang yang juga sarjana ilmu perfilman Norbert Grob mengatakan bahwa Lang sebelumnya dicurigai telah membunuh istri pertamanya, akan tetapi ia dibebaskan dari tuduhan ini. Misteri kematian Lisa hingga kini tidak pernah terungkapkan secara pasti, dan dianggap sebagai misteri terbesar dalam kehidupan pribadi sang sutradara.

Emigrasi ke Amerika Serikat

Dalam proses penulisan biografi tersebut, Norbert Grob juga menemukan hal-hal yang diduga turut mengundang interpretasi baru atas film-film Lang. Ia juga menuliskan bahwa Fritz Lang muda banyak menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dan menulis naskah bersama yang kekasih tidak lama kemudian menjadi istri keduanya, Thea von Harbou.

Keduanya menikah dan menetap di Berlin. Thea von Harbou banyak berkolaborasi dalam penulisan naskah film karya Fritz Lang seperti Dr. Mabuse dan Die Nibelungen. Pada tahun 1925 buku karya Thea von Harbou berjudul Metropolis terbit di Jerman, yang kemudian menjadi inspirasi film Fritz Lang dengan judul yang sama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika partai ekstrem kanan Nazi yang bernama resmi NSDAP meraih popularitas di Jerman, Fritz Lang resah karena latar belakang keluarganya yang Yahudi. Tahun 1933, industri perfilman di Jerman mengalami kemunduran drastis saat Menteri Propaganda Nazi Joseph Goebbels menyewa sejumlah sutradara untuk membuat film dengan tujuan propaganda. Menolak menjadi bagian dari film propaganda Nazi, Lang pergi ke Paris, Prancis. Namun istrinya malah bersimpati dan bergabung dengan partai NSDAP. Pasangan ini pun bercerai.

Menurut penulis biografi Norbert Grob, Fritz Lang tinggal di Paris selama beberapa bulan sebelum akhirnya beremigrasi ke Amerika Serikat. Di Hollywood ia sukses, namun tidak pernah merasa memiliki akar kuat. Menurut Grob, Fritz Lang mungkin tidak merasa cocok dan kurang bisa menempatkan diri dalam sistem studio yang kaku. Sebuah sistem di mana produser dan bos studio dengan kuat memegang kendali dalam sebuah film, dan bukannya sutradaranya langsung.

Film penuh imajinasi dan eksperimen

Film-film karya sutradara Fritz Lang dikenal sarat imajinasi, penuh fantasi dan eksperimen. Salah satunya dapat dilihat dalam film yang berjudul Frau im Mond. Di sana, dia dan timnya bereksperimen dengan berbagai sudut pengambilan gambar oleh kamera, pencahayaan dan efek bayangan. Saat itu memang masih merupakan film bisu. Belakangan ia juga bereksperimen dengan tata suara.

Seperti dalam pada tahun 1931 dalam film thriller M - Eine Stadt sucht einen Mörder, Fritz Lang secara efektif memanfaatkan kemungkinan medium baru, yakni film bersuara pada tahun 1931. Film ini tidak membatasi plotnya hanya pada permainan kejar-kejaran, tetapi membahas topik-topik seperti histeria massal, kebencian pers, dan kejahatan.

Sementara dalam film Hollywood berjudul You Only Live Once (1937), Lang menceritakan nasib pasangan yang menghadapi kisah tragis dan hampir tanpa harapan. Untuk bisa menangkap kesan ini, sutradara tersebut beserta juru kamera Leon Shamroy merancang frame gambar yang mengesankan.

Film lain karyanya yaitu Gardenia (1953) yang dibintangi Anne Baxter dan Richard Conte masih sering diputar di layar televisi Jerman. Judul film ini mengacu pada lagu "Blue Gardenia" dan dinyanyikan oleh Nat King Cole dalam film tersebut.

Ikon ekspor budaya Jerman

Norbert Grob mengatakan bahwa belajar dari tuduhan atas kematian istri pertamanya, Fritz Lang mulai mencatat semua aktivitasnya dengan cermat. Tindakan ini mungkin juga ia lakukan untuk memegang kendali penuh atas hidupnya. Masih juga terpengaruh oleh pengalaman itu, tema-tema tentang seseorang yang dicurigai secara keliru pada kemudian hari sering muncul dalam film-filmnya di Hollywood.

Setelah Perang Dunia II, Fritz Lang kembali ke Eropa pada tahun 1956. Di Jerman dia sempat membuat tiga film. Meski tidak dianggap kuat dan mencengkeram seperti karya sebelumnya, film-film ini masih diputar di seluruh dunia.

Tidak lama tinggal di Jerman, ia pun kembali ke Amerika. Pada tahun 1976, sutradara yang memiliki tiga kewarganegaraan yaitu Austria, Jerman dan AS ini meninggal di Los Angeles. Ia meninggalkan begitu banyak film yang menginspirasi dan visioner dari segi artistik, serta masih mengasyikkan untuk ditonton. Bahkan hingga kini, setelah dunia perfilman menjadi sangat maju, dan ulang tahun ke-130 Fritz Lang dirayakan. ae/vlz (berbagai sumber)

Laporan tambahan oleh Jochen Kürten

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada