Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Memanen Sayuran Dari Kebun di Dasar Lautan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Memanen Sayuran Dari Kebun di Dasar Lautan
Iklan

Sosoknya seperti ubur-ubur raksasa. Bangunan di kedalaman 10 meter di bawah laut ini adalah biosfer. Rumah kaca bawah laut pertama di dunia. Sebuah proyek berorientas ke masa depan, untuk mengatasi kelangkaan sumber daya. Di instalasi bawah laut ini tumbuh tanaman yang biasanya dibudidayakan di daratan.

Koordinator proyeknya, Gianni Fontanesi menyelam rutin untuk memelihara berbagai tanaman.

"

Kelihatannya funky dan sekaligus brilyan. Sulit menggambarkannya. Saya bekerja tiap hari di sini, memantau pertumbuhannya, dan saya bangga dengan hasilnya. Secara teknis sistem ini tidak hanya bisa diterapkan di laut, tapi juga di danau yang jumlahnya amat banyak di dunia, yang bisa diuntungan sistem ini", ujarnya menambahkan.

Baca Juga:

Rumah kaca pertama di dekat pesisir pantai itu, dibangun para penyelam enam tahun silam. Sinar matahari mencukupi untuk fotosintesa dan tidap perlu insektisida. Air untuk menyiram tanaman, sebagian berasal dari air garam. Di Kebun Nemo dilakukan ekpserimen beragam tanaman sayuran dan buah-buahan.

Koordinator proyek itu menjelaskan, ada tangki yang berisi air dan pupuk di dalam rumah kaca. Di dalamnya dilengkapi pompa air. Sistemnya sangat mudah. Pompa air menaikkan air bercampur pupuk hingga ke bagian paling atas pipa ini. Di atas pipanya kami tanami berbagai tanaman, yang tumbuh tanpa tanah. Akarnya kontak langsung dengan air, yang mengalir ke bawah mengikuti gravitasi", papar Gianni Fontanesi

Proyek rahasia berwawasan masa depan

Noli dengan populasi 3.000 orang adalah kawasan wisata. Tapi hanya para penyelam dan kelompok tertentu saja yang tahu, bahwa di sini hampir 100 meter dari pesisir kawasan wisata, ada laboratorium bawah laut istimewa. Gianni Fontanesi mengecek semuanya dari pusat pengendali, tiga sampai lima kali seminggu. Ia memonitor apakah semuanya bagus. Display juga menunjukkan suhu dan kelembaban di dalam biosfer.

Baca Juga:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gianni menjelaskan di ruang monitor: "Di sini kita bisa melihat halaman monitoring, yang menunjukkan situasi keseluruhan habitat dengan peta beragam biosfer. Teknologinya digerakkan energi surya, panelnya ada di atas sana. Kami berusaha sepenuhnya hijau."

Kabel yang menghubungkan biosfir dengan dunia luar, tersembunyi dalam struktur yang disebut pohon kehidupan. Sejatinya pengelola kebun bawah laut itu memproduksi peralatan menyelam. Tekniknya kini digunakan di laboraratorium bawah laut. Sekarang saatnya memanen tanaman.

Tim tersebut sudah memperoleh order dari seluruh dunia. Kebun bahaw laut serupa sudah dipasang di Belgia, Mauritania dan Amerika Serikat. Kini kebun bawah laut bukan lagi sebuah impian. Melainkan sebuah proyek hijau yang bisa berkontribusi pada pertanian berkelanjutan.

DW Inovator

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada