Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Perusahaan Asuransi Tolak Risiko Bencana Banjir, Pengelola Panti Orang Cacat Bingung

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Perusahaan Asuransi Tolak Risiko Bencana Banjir, Pengelola Panti Orang Cacat Bingung
Iklan

"Kebanyakan lumpur sudah kami bersihkan", kata Marie-Ellen Krause, direktur Villa Dominik, panti orang cacat di kota Menden. "Kami sebelumnya sudah menumpuk karung pasir di depan gedung, tapi semua itu tidak mampu membendung terjangan air". Villa Dominik menampung 44 orang dengan disabilitas, kebanyakan cacat tingkat berat.

Sekitar 150 meter dari gedung itu ada kali kecil. Minggu yang lalu, kali kecil itu berubah menjadi sungai deras dan meluap membanjiri sekitarnya. Air masuk ke Villa Dominik menggenangi lantai dasar. Para penghuninya menyelamatkan diri ke tingkat yang lebih tinggi.

Baca Juga:

Semuanya berlangsung begitu cepat. Tidak lama kemudian, air juga cepat surut kembali, tapi kerusakan yang terjadi cukup fatal. Maria-Ellen Krause meperkirakan, kerusakan material mencapai nilai setengah juta euro. Untuk yayasan pengelola Villa Dominik, ini jumlah yang sangat besar. Masih belum jelas, dari mana dana untuk perbaikan.

Perusahaan asuransi menolak

Yayasan pengelola Villa Dominik sejak dulu ingin mengasuransikan gedungnya terhadap bencana banjir. Namun semua perusahaan asuransi yang mereka hubungi menolak. Kawasan itu memang pernah dilanda banjir tahun 2007. Saat itu, banyak perusahaan asuransi harus menanggung gantirugi kerusakan yang cukup besar. Itu sebabnya, mereka sekarang menolak polis asuransi bencana.

Karena tidak berhasil menemukan perusahaan asuransi, akhirnya Villa Dominik tidak memiliki polis asuransi bencana, hingga dilanda banjir hebat seminggu yang lalu. Tapi kini pertannya, dari mana yayasan ini bisa mendapat dana sampai setengah juta euro untuk perbaikan gedungnya?

Baca Juga:

Genangan banjir juga merusak sistem lift, jaringan pelindung kebakaran, sistem alarm dan empat kendaraan transportasi khusus orang cacat. Maria-Ellen Krause sekarang berharap ada bantuan dari pemerintah dan sumbangan swasta.

Siapa yang menanggung biaya kerusakan perubahan iklim?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bencana banjir hebat yang melanda Jerman beberapa waktu lalu menjadi beban besar bagi keluarga, pengusaha kecil maupun yayasan-yasan sosial. Asosiasi Asuransi Jerman GDV dalam perkiraan awal menilai, total kerusakan bisa mencapai 5 miliar euro. Namun hanya 46 persen gedung yang rusak memiliki polis asuransi bencana.

Di Jerman belakangan ini muncul perdebatan, mengenai siapa yang harus menanggung biaya perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca ekstrem. Beberapa kalangan mengusulkan agar asuransi khusus bencana dijadikan asuransi wajib, seperti halnya asuransi kesehatan. Namun GDV menolak usulan itu, karena biayanya terlalu tinggi dan membutuhkan birokrasi yang besar.

Tapi wakil dari Partai Sosialdemokrat SPD dan Partai Hijau mengatakan, usulan itu sekarang harus dipertimbangkan. Karena tanpa asuransi wajib, biaya kerusakan akibat perubahan iklim tidak akan tertangani. Dalam satu hal, semua pihak sepakat. beragam bencana cuaca ekstrem akan makin sering terjadi.

Untuk kerusakan akibat banjir bandang baru-baru ini, pemerintah Jerman sudah menyiapkan dana bantuan darurat senilai 400 juta euro. Selain itu direncanakan kas khusus bencana darurat dengan dana miliaran euro. Marie Ellen Krause berharap, dana bantuan itu akan dicairkan segera dan cukup untuk merenovasi Villa Dominik.

(hp/as)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada