Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Taliban Memohon Pengakuan di Pertemuan Moskow

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Taliban Memohon Pengakuan di Pertemuan Moskow
Iklan

Rusia menjadi tuan rumah bagi Taliban untuk melakukan sebuah pembicaraan pada Rabu (20/10). Pembicaraan tersebut dihadiri oleh pejabat dari 10 negara berbeda, termasuk Cina dan Pakistan.

Ini adalah pertemuan internasional paling signifikan bagi Taliban sejak merebut kekuasaan di Afganistan pada pertengahan Agustus lalu.

Baca Juga:

Delegasi Taliban dalam pertemuan dipimpin oleh Wakil PM Abdul Salam Hanafi, yang juga ikut dalam pembicaraan dengan Uni Eropa (UE) dan AS pekan lalu. Menurut Hanafi, pertemuan Moskow tersebut sangat penting untuk stabilitas kawasan.

Bantuan kemanusiaan

Saat membuka pertemuan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memuji kemampuan Rusia mempertahankan operasinya di Afganistan. "Kami puas dengan tingkat interaksi praktis dengan otoritas Afganistan,” katanya.

Tidak seperti negara lain, Rusia belum mengevakuasi kedutaan besarnya di Kabul. Duta besarnya juga masih mempertahankan kontak rutin dengan Taliban sejak kelompok itu mengambil alih kekuasaan.

Baca Juga:

Di saat yang sama, Lavrov juga menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan mengejar kebijakan sosial yang seimbang di Afganistan. Hal ini menurutnya telah dibahas sebelum pertemuan dengan Taliban.

Lavrov menambahkan bahwa Rusia akan segera mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Afganistan. Ia mendesak komunitas internasional untuk segera memobilisasi sumber dayanya guna mencegah krisis kemanusiaan di Afganistan.

Sebelum pertemuan, Cina dan Pakistan telah mengatakan bersedia memberikan bantuan ke Afganistan. UE sejauh ini juga telah menjanjikan bantuan senilai $1,2 miliar untuk mencegah krisis kemanusiaan di Afganistan.

Kekhawatiran akan ekspansi IS

Dalam pertemuan, para pejabat Moskow juga menyerukan aksi untuk melawan militan "Islamic State” (IS). Menurut Rusia, IS telah meningkatkan kehadirannya di Afganistan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

Pada pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa sekitar 2.000 militan yang setia kepada IS telah berkumpul di Afganistan utara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Putin, pemimpin mereka berencana mengirimkan para militan IS tersebut ke negara-negara tetangga di Asia Tengah dengan menyamar sebagai pengungsi.

Moskow tidak akan mengakui Taliban

Dalam pertemuan, Wakil PM Taliban Abdul Salam Hanafi mengatakan bahwa kelompoknya tidak menimbulkan ancaman keamanan bagi negara lain sehingga meminta komunitas internasional untuk mengakui pemerintahannya. Sejauh ini, belum ada satu negara pun yang melakukan hal tersebut.

Moskow di sisi lain mengatakan belum siap mengakui pemerintahan Taliban.

"Pengakuan resmi terhadap Taliban tidak dibahas untuk saat ini,” kata Lavrov kepada wartawan.

"Seperti kebanyakan negara berpengaruh lainnya di kawasan ini, kami menjalin kontak dengan mereka. Kami mendorong mereka untuk memenuhi janji yang mereka buat ketika berkuasa,” tambahnya.

Sebuah pernyataan yang dirilis di akhir pertemuan pada rabu (12/10) itu menyebutkan: "Negara-negara yang berpartisipasi menyerukan kepada kepemimpinan Afganistan saat ini untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam meningkatkan pemerintahan dan membentuk pemerintahan yang benar-benar inklusif, yang mencerminkan kepentingan semua kekuatan etno-politik utama di negara itu.”

Pernyataan itu juga menekankan pentingnya "menghormati hak-hak kelompok etnis, perempuan dan anak-anak.”

gtp/pkp (Reuters, AFP)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada