Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Komisi Pemilu Tunda Pengumuman, Partai Pro-Thaksin Klaim Menang Mayoritas di Parlemen

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Komisi Pemilu Tunda Pengumuman, Partai Pro-Thaksin Klaim Menang Mayoritas di Parlemen
Iklan

Komisi Pemilihan Umum Thailand hari Senin (25/3) secara mendadak menunda pengumuman hasil penghitungan suara dari pemilu parlemen sampai Jumat mendatang tanpa penjelasan lebih lanjut. Sebelumnya Komisi Pemilu menyatakan ada 1,9 juta suara yang tidak sah dalam pemilu parlemen yang berlangsung hari Minggu (24/3). Di beberapa provinsi, lebih dari separuh surat suara dinyatakan tidak sah.

Minggu malam Komisi Pemilu telah mengheluarkan hasil perhitungan sementara dan menyatakan, setelah 93 persen suara dihitung, partai dukungan rezim militer Palang Prachara memenangkan 7,6 juta suara, sedangkan partai oposisi terbesar Pheu Tai memenangkan 7,2 juta suara. Partai baru Future Forward yang populer di kalangan pemilih muda memenangkan 5,3 juta suara. Jumlah pemilih di Thailand secara keseluruhan 51,4 juta orang.

Baca Juga:

Namun hasil akumulasi suara belum mencerminkan pembagian kursi di parlemen karena sistem pemilu menguntungkan partai oposisi Pheu Thai, yang memiliki dukungan luas di kawasan pedesaan. Pheu Thai dimotori oleh pendukung mantan PM Thaksin Shinawatra dan adiknya Yinglun Shinawatra, yang digulingkan militer. Baik partai pro junta militer maupun kubu oposisi sebelumnya mengajukan berbagai pengaduan tentang kemungkinan pelanggaran dan manipulasi pemilu.

Sistem pemilu menguntungkan junta militer

Para pengamat mengatakan, meskipun memenangkan suara terbanyak partai Phalang Pracharat belum tentu menguasai parlemen, karena kekecewaan besar terhadap junta militer. Phalang Pracharat mengusung Perdana Menteri saat ini, mantan Jenderal Prayut Chan-O-Cha, pemimpin kudeta militer tahun 2014, sebagai kandidat utama.

Sementara Phalang Pracharat terutama berbasis di perkotaan dan di kalangan pendukung monarki Thailand, Partai Pheu Thai populer di kalangan pedesaan dan masyarakat miskin kota. Sejak tahun 2001, partai pro Thaksin selalu memenangkan pemilu parlemen namun digagalkan oleh intervensi militer.

Baca Juga:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rezim militer Thailand sebelumnya melakukan berbagai perubahan UU untuk melemahkan kubu oposisi. Sistem perwakilan di Thailand terdiri dari majelis rendah dengan 500 anggota parlemen dan majelis tinggi dengan 250 anggota senat. Namun yang dipilih langsung dalam pemilu hanya 350 anggota parlemen, sedangkan 150 kursi di parlemen dialokasikan kepada partai-partai politik menurut formula proporsional yang ditentukan pemerintah. 250 anggota senat ditentukan sendiri oleh rejim militer.

Perdana Menteri Thailand akan dipilih oleh kedua kamar parlemen. Berarti kubu rejim militer hanya perlu merebut 126 kursi untuk mencapai mayoritas 376 kursi di kedua kamar.

Komisi Pemilu Thailand menyatakan tingkat partisipasi pemilu kali ini sekitar 65 persen, namun banyak pihak meragukan angka yang dinilai terlalu rendah itu. Komisi Pemilu kini menyatakan menunda pengumuman hasil akhir pemilu sampai hari Jumat (29/3).

hp/vlz (rtr, dpa)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada