Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Telepon seluler Mustafa Abubakar berdering Selasa pekan lalu. Di ujung sana, suara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terdengar, ”Besok saya ke Bulog.” Direktur Utama Perum Bulog itu pun membatalkan rencananya untuk pulang. Anggota direksi dan staf yang sudah di rumah dipanggil kembali untuk menyiapkan penyambutan keesokan harinya.
Menjelang tengah hari, Presiden bersama tujuh menteri tiba dan langsung menggelar rapat di ruang besar lantai 2. Selama 27 menit, Mustafa Abubakar, sang tuan rumah, mempresentasikan kinerja Perum Bulog. Rencana mengekspor beras pun diutarakan. ”Ada optimisme dan opportunity untuk melakukan itu,” katanya.
Tak berbelit, Presiden Yudhoyono merestui rencana tersebut. Ia hanya mengingatkan Perum Bulog tetap berkonsentrasi penuh menjaga stabilitas harga dan keamanan stok dalam negeri. ”Hati-hati dan tetap konservatif, ini tahun pemilu.”
Setelah pertemuan itu, skenario ekspor beras dirombak. Semula Bulog ingin mengekspor beras berbagai kualitas. Tahun lalu, Indonesia tidak hanya mampu berswasembada beras, tapi juga mencatat surplus 3 juta ton. Itu di luar cadangan beras Bulog yang mencapai 3,2 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, untuk bisa mengekspor semuanya, kata Menteri Pertanian Anton Apriyantono, stok di gudang Bulog harus 3 juta ton, bukan dalam bentuk serapan. Itu sebabnya pemerintah hanya menyetujui ekspor beras premium, seperti Ciherang, Pandanwangi, dan Cianjur, sebanyak 100 ribu ton. ”Tinggal menunggu proses di Departemen Perdagangan,” kata Mustafa.
Rencana ekspor beras kualitas medium—yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, seperti IR I sampai IR III—akan ditunda. Mungkin Bulog baru mengekspor beras kualitas itu sebanyak satu juta ton pada kuartal ketiga 2009, setelah angka ramalan produksi padi dari Badan Pusat Statistik keluar. Bulog yakin produksi padi tahun ini tidak meleset.
Jika izin dari Departemen Perdagangan keluar akhir Februari ini, awal April ekspor beras premium itu sudah bisa dilakukan. Beras itu akan dijual ke Malaysia, Brunei, Singapura, dan Jepang. Saat ini, kata Mustafa, sudah 11 perusahaan yang melamar menjadi mitra Bulog.
Tapi sumber Tempo di pemerintahan ragu terhadap angka Bulog. Surplus beras 2008, kata dia, sebenarnya hanya angka kelebihan stok di masyarakat dan tidak benar-benar ada di tangan pemerintah. Angka itu diperoleh dari total beras di masyarakat dikurangi konsumsi beras sebanyak 31,5 juta ton.
Selain itu, stok beras di Bulog sebesar 3,2 juta ton hanya stok yang pernah tercatat dan tidak mengendap lama di gudang-gudang Bulog. Angkanya pun sudah jauh menyusut menjadi 1,46 juta ton pada pekan kedua Januari. Beras itu terkuras untuk normalisasi harga yang sempat naik pada awal tahun dan untuk program ”beras miskin” sebanyak 300 ribu ton per bulan.
Ekonom pertanian Bustanul Arifin juga mempertanyakan keberhasilan tersebut. Perhitungan produksi padi dan surplus versi pemerintah dinilai tidak solid karena hanya mengacu pada data Badan Pusat Statistik yang 80 persen belum diperbarui. Rencana ekspor ini pun sangat kental dengan nuansa tebar pesona. ”Rencana itu tidak ada gunanya.”
Bustanul pun meminta pemerintah menunda rencana itu. Selain hal itu terkesan dipaksakan, produksi beras di Indonesia masih rawan karena perubahan iklim yang ekstrem. Banjir di mana-mana diperkirakan bisa mengurangi produksi. ”Tahun ini tahun politik, niat baik bisa dimaknai lain,” katanya.
Keraguan yang sama dikemukakan Direktur Pelaksana Induk Koperasi Tani dan Nelayan Suryo Bawono. Pemerintah, kata dia, terlalu gegabah memutuskan rencana itu saat stok beras belum benar-benar aman. ”Sehatkan stok dulu dua atau tiga tahun, baru ekspor,” ujar Suryo.
Sikap pesimistis itu ditanggapi enteng oleh Mustafa. Rencana ekspor beras dijamin bebas dari kepentingan politik. Menteri Anton mengatakan hal yang sama. ”I don’t care politik, keberhasilan ini adalah fakta, jangan hanya bicara pada tataran angka,” kata Anton.
Keduanya percaya ada segi positif dari rencana itu. Paling tidak, kata Anton, ekspor bisa mencegah instabilitas harga ketika stok di masyarakat dan Bulog melimpah. Selain itu, petani bakal diuntungkan karena tren harga di pasar internasional relatif masih bagus, terutama untuk kelas premium.
Anton Aprianto
Data Beras (juta ton per Tahun)
2007 | 2008 | 2009 (target) | |
Produksi gabah | 57,2 | 60,3 | 63,6 |
Produksi beras | 33,5 | 35,1 | 39 |
Konsumsi beras | 32,3 | 33,8 | 36 |
Stok masyarakat | 1,8 | 1,7 |
Sumber: BPS, Bulog, dan Departemen Pertanian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo