Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor eksternal ataupun domestik.
Selisih imbal hasil antara surat utang pemerintah AS dan Indonesia menyempit.
The Fed masih akan menaikkan suku bunga hingga semester I 2024
JAKARTA — Nilai tukar rupiah terus dihantam sentimen negatif dari dalam dan luar negeri sehingga melemah mendekati level psikologis baru, yaitu 16 ribu per dolar Amerika Serikat. Ekonom dan Associate Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Ryan Kiryanto mengungkapkan ada tiga faktor utama penyebab pelemahan rupiah.
Yang pertama adalah pernyataan bank sentral AS (The Fed) yang mengisyaratkan sinyal hawkish. Keputusan hawkish itu memiliki makna The Fed bakal melakukan pendekatan tingkat suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi. Inflasi AS pada September lalu tercatat 3,7 persen atau masih di atas target pemerintah AS yang sebesar 2 persen.
Sikap tersebut diambil The Fed sekalipun berisiko mengorbankan pertumbuhan ekonomi, belanja masyarakat, dan sektor ketenagakerjaan. “Tekanan yang bersumber dari kebijakan The Fed ini yang paling kuat dan intens,” ujar Ryan kepada Tempo, kemarin.
Baca juga:
Jalan Tengah Penguatan Rupiah
Dedolarisasi tanpa Paksaan
Bayang-bayang Pelemahan Rupiah
Faktor kedua adalah peningkatan risiko geopolitik global. Di tengah konflik Ukraina dan Rusia yang belum berakhir, dunia diguncang oleh meletusnya perang Israel-Palestina. Ryan berujar hal ini menyebabkan ketidakpastian global menjadi tinggi sehingga investor cenderung berpegang pada aset-aset yang aman, termasuk memindahkannya pada mata uang kuat dunia, seperti dolar AS.
“Tidak mengherankan rupiah rentan tertekan karena banyak yang beralih ke dolar," ucap Ryan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo