Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

22 Negara Disebut Susah Ekspor Beras, Jokowi: Dulu Mudah

Jokowi mengungkapkan dunia sedang mengalami krisis pangan, sehingga setiap negara berhati-hati untuk mengekspor beras.

29 Februari 2024 | 12.19 WIB

Presiden Joko Widodo saat penyerahan bantuan pangan beras cadangan pangan pemerintah kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Gudang Bulog, Cibitung, Jawa Barat, Jumat 16 Februari 2024. Presiden Jokowi menepis anggapan bahwa kenaikan harga beras dipicu pemberian bantuan pangan dari pemerintah. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Presiden Joko Widodo saat penyerahan bantuan pangan beras cadangan pangan pemerintah kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Gudang Bulog, Cibitung, Jawa Barat, Jumat 16 Februari 2024. Presiden Jokowi menepis anggapan bahwa kenaikan harga beras dipicu pemberian bantuan pangan dari pemerintah. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bontang - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan dunia sedang mengalami krisis pangan, sehingga setiap negara sangat berhati-hati untuk mengekspor bahan pangan, seperti beras dan gandum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Dulu kalau kita impor beras, gandum, begitu mudahnya kita cari. Sekarang ini semua negara, 22 negara yang biasanya gampang kita beli beras, sekarang ngerem semuanya," ujar Jokowi dalam peresmian pabrik amonium nitrat di Bontang, Kalimantan Timur pada Kamis, 29 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, Jokowi tak menjelaskan lebih jauh mengenai 22 negara yang menutup keran ekspor beras tersebut. Dia melanjutkan, bahkan ada negara yang menyetop untuk dibeli berasnya.

Artinya, kata Jokowi, pangan ke depan menjadi sangat penting bagi semua negara. Untuk menggenjot produktivitas pangan, perlu pupuk.

"Beberapa komponen bahan baku pupuk kita masih impor," ucap Jokowi.

Selanjutnya: Oleh sebab itu, Jokowi mengapresiasi pembangunan pabrik amonium nitrat.... 

Oleh sebab itu, Jokowi mengapresiasi pembangunan pabrik amonium nitrat oleh PT Kaltim Amonium Nitrat atau PT KAN, perusahaan patungan antara BUMN PT Dahana dengan PT Pupuk Kaltim. Adapun amonium nitrat merupakan bahan baku pupuk NPK berbasis nitrat.

Seperti diketahui, total kebutuhan amonium nitrat Indonesia saat ini sebanyak 580 ribu ton. Sedangkan produksi dalam negeri sekitar 300 ribu atau 79 persen. Sisanya atau 21 persen dipenuhi dengan impor.

"Dengan dibangunnya pabrik Kaltim Amonium Nitrat ini, akan mengurangi dari 21 persen impor dikurangi 8 persen. Artinya, 13 persen kita masih impor," tutur Jokowi.

Sebagai informasi, pabrik PT KAN dibangun dengan investasi sebesar Rp 1,2 triliun. Adapun pembangunan pabrik ini memiliki tingkat komponen dalam negeri atau TKDN lebih dari 93,55 persen.

Sedangkan kapasitas produksi dari pabrik PT KAN ini adalah 75 ribu ton per tahun untuk amonium nitrat, serta 60 ribu ton per tahun untuk asam nitrat.

 

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus