Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Financial planner dari Finansialku, Gembong Suwito memberikan sejumlah tips dalam berinvestasi di tengah ancaman resesi global pada 2023. Menurut dia, ada enam langkah yang perlu diperhatikan, mulai dari tenang saat melakukan investasi mengkaji sebuah produk investasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pertama, tetap tenang berinvestasi sesuai tujuan keuangan. Kedua, amankan dana darurat minimal 6 kali pengeluaran rutin. Ketiga jangan lupa aspek proteksi seperti kesehatan," ujar dia lewat keterangan tertulis pada Senin, 7 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tips keempat, Gembong melanjutkan, efisiensi pengeluaran dengan utang terjaga rasio cicilannya. Kelima melalui strategi alokasi aset dan pembelian secara bertahap. "Dan keenam adalah monitoring dan review produk investasi secara berkala," tutur dia.
Gembong menuturkan dengan tantangan ekonomi yang ada, isu resesi itu menjadi yang menonjol. Namun, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih robust di kisaran 5 persen. Sehingga, secara fundamental ekonomi Indonesia dipastikan tidak akan mengalami resesi.
Saat ini, sektor yang sangat popular karena memiliki tren positif adalah komoditas, energi, logistik, transportasi juga industri. Hal itu menjadi daya tarik bagi investor asing di pasar modal. Dia menilai ini menjadi kabar baik, di saat investor global sedang mencari mana yang baik, aman, dan nyaman di tempat investasinya, Indonesia salah satunya.
Selanjutnya: "Saat 2021 inflow-nya luar biasa dan tahun ini colorful..."
"Saat 2021 inflow-nya luar biasa dan tahun ini colorful, year to date sampai mencapai Rp 80,52 triliun dana dari investor asing masuk. Makanya strong banget, terutama banking,” kata Gembong.
Adapun untuk berinvestasi, pihaknya menggunakan konsep 4 pilar. Pertama adalah likuiditas. Investasi tersebut menurutnya untuk dana darurat, penempatan di deposito dan pasar uang dengan rerata return 3-5 persen. Kedua adalah stabilitas di mana instrumen investasi bisa memberikan cash flow.
Seperti obligasi negara, ORI, SBR, SR, RD Proteksi, dan P2P. Ketiga adalah hedging atau lindung nilai seperti US Dolar dan emas. Keempat, pertumbuhan melalui saham, RD Saham, ETF, RD Indeks, ECF, dan Derivatif.
“Konsep ini yang kami bangun dan kami aplikasikan investasi bertahap kepada client. Jadi masuk dulu di Likuiditas, berjenjang setelah itu stabilitas, sudah ngerti, hedging dan growth,” ucap Gembong.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.