Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, memperkirakan akan ada 80 juta lapangan kerja yang hilang seiring perkembangan ekonomi digital di Indonesia. "Kita punya tantangan skill sumber daya manusia (SDM)," katanya di kompleks Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu 12 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut dia, pemerintah tak akan menahan perkembangan ekonomi digital yang berkontribusi besar terhadap perekonomian domestik. Kementerian memperkirakan sumbangan ekonomi digital terhadap produk domestik bruto (PDB) akan mencapai 20 persen pada 2025
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Untuk mencegah lenyapnya lapangan kerja, Musdhalifah menyarankan peningkatan keterampilan. Tranformasi skill baru, dia meneruskan, bisa menambah 60 juta jenis pekerjaan.
Asisten Deputi bidang Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Kemenko Perekonomian, Chairul Saleh, juga memperhatikan ancaman dan potensi perkembangan ekonomi digital. Menurut dia, selama ini pemerintah sudah mendorong industri padat karya. Namun, tidak dapat dipungkiri, otomatisasi di berbagai sektor bisnis mulai menggeser sejumlah pekerjaan manual.
"Yang disiapkan saat ini adalah tenaga kerja atau SDM, baik pendidikan formal dan informal,” tuturnya.
Chairul memastikan pemerintah akan merevitalisasi pendidikan, khususnya vokasi. Saat ini masih banyak masyarakat dengan level pendidikan menengah ke bawah. "Harus kita siapkan shifting (peralihan), karena otomatisasi pasti terjadi," ujar dia.
Tantangan negeri ini bukan hanya soal SDM. Tingkat digitalisasi di Indonesia masih rendah dengan penetrasi internet yang baru mencapai 76,3 persen. Di level Asia Tenggara, digitalisasi Indonesia berada di peringkat 7, sedangkan kecepatan internetnya peringkat 9.
“Pemerataan internet juga menjadi fokus pemerintah ke depannya,” kata Chairul.