Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ada

Australia memperlakukan tarif penerbangan murah lintas ke Eropa. Singapura sangat terpukul. Sikap keberatan ASEAN diajukan kepada Menlu Australia dalam konperensi, tapi belum ada kesepakatan. (eb)

31 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"KITA telah menyeberangi gunung yang besar itu, tapi masih ada beberapa bukit yang harus kita tempuh," kata Menlu Singapura Rajaratnam dalam konperensi pers seusai sidang. Basa-basi Rajaratnam itu menggambarkan kegagalan perundingan penerbangan sipil internasional (ICAP) Asean-Australia yang berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta, selama 2 hari pekan lalu. Bulan lalu, Australia mulai memperlakukan tarip penerbangan murah lintas Australia-Eropa, yang pertama antara Sydney-London. Tujuannya meningkatkan jumlah penumpang antara kedua benua itu. Tarip Australia-lnggeris misalnya, pada musim sepi (off peak season) adalah A$ 568 atau US$ 636 untuk bolak-balik. Tarip ini lebih tinggi di musim ramai. Yang mencemaskan Asean adalah adanya ketentuan begini: penumpang yang mau mampir ke suatu negara, misalnya Singapura, diharuskan membayar bea singgah tambahan sekitar A$ 300 sampai A$ 400 tergantung musimnya. Dengan kata lain, para penumpang dijauhkan dari keinginan mampir ke negara lain dalam perjalanan ini. Yang mungkin terpukul paling parah adalah Singapura yang kehilangan banyak turis dan juga Singapore Airlines (SIA) yang kehilangan banyak penumpang -- karena jelas penumpang Australia dan Eropa akan lebih menyukai tarip murah ini. Tarip penerbangan murah itu ternyata mencapai sasarannya. Arus wisatawan ke Australia dari Eropa naik. Komisi Kepariwisataan Australia meramaikan peningkatan rata-rata antara 15% per tahun antara 1979 -- 1982 dan jumlah wisatawan asing pada 1983 diperkirakan akan mencapai 1 juta. Qantas, perusahaan penerbangan Australia, malahan memperkirakan kenaikan penumpang sebesar 20% pada tahun pertama tarip rendah ICAP. "Tarip terendah Sydney-London kini hanya sekitar 2« minggu gaji," kata Brett Martin dari Kedubes Australia. Untuk perbandingan, tarip ini pada 1971 adalah sekitar 8« minggu gaji rata-rata buruh Australia. Jelas tarip serendah ini akan mendorong buruh menabung untuk bisa melancong ke Eropa. Sekaligus juga merangsang arus wisatawan Eropa ke Australia. Nixon Dan Paketnya Kebijaksanaan tarip murah itu juga mengesampingkan kemungkinan perusahaan penerbangan negara ketiga untuk memperlakukan tarip rendah pada jalur yang sama. Singapura marah. Singapura antara lain menuntut agar tarip persinggahan ini hanya 10% dari tarip pener bangan, yang berarti lebih rendah dari A$75, yang sebelumnya diperlakukan pada skema penerbangan lama. Bagaimana dengan Indonesia? "Kita memang punya kepentingan, tapi tidak besar," kata Dirjen Perhubungan Udara Kardono pada TEMPO sebelum sidang. Artinya Indonesia tidak terlalu dirugikan. Tapi menurut Sim Kee Roon dari Kementerian Perhubungan Singapura: "Sebenarnya yang dirugikan bukan hanya Singapura, tapi seluruh negara Asean." Dengan kata lain, Singapura kali ini perlu dideking solidaritas Asean. Maka keberatan Asean pun dinyatakan dalam sikap bersama sejak Desember tahun lalu dalam pertemuan para Menteri Ekonomi Asean Sikap ini kemudian disampaikan secara resmi oleh Ketua Panitia Tetap Asean Menlu Mochtar Kusumaatmadja pada Menlu Australia Andrew Peacock. Pendekatan ini ternyata gagal hingga dirasa perlu mengadakan konperensi di Jakarta pekan lalu. Bahwa kedua pihak menganggap penting konperensi ini bisa dilihat dari kuatnya delegasi masing-masing negara. Australia datang dengan 40 anggota delegasi termasuk Menlu Peacock dan Menteri Perhubungan Peter J. Nixon. Waktu tiba, Nixon mengatakan ia datang dengan suatu "paket" yang dianggapnya bisa memecahkan pertentangan Asean-Australia itu. Tapi sampai berakhirnya konperensi, paket itu ternyata tidak muncul. "Saya tidak mau bicara soal paket itu," kata Nixon jengkel waktu pers menanyakannya seusai konperensi. Asean menghendaki 3 masalah dibicarakan secara keseluruhan dalam konperensi: Partisipasi perusahaan penerbangan Asean dalam sistim tarip murah Australia-Eropa, tarip persinggahan penumpang dalam lintas tadi, dan tarip khusus penerbangan Australia-Asean. Asean ingin agar konperensi bisa memutuskan sesuatu yang bersifat garis pokok, sedang pembicaraan teknis nanti bisa ditangani pejabat tinggi atau ahli penerbangan . Walaupun sidang tingkat pejabat tinggi pernah dilangsungkan sampai jam 03.00 dinihari, pembicaraan tak berbuah. Australia keras menolak 2 tuntutan Asean dan hanya menyetujui tarip khusus Australia-Ascan. Tidak Masuk Akal Hasil konperensi: kedua pihak sepakat untuk mengadakan pengkajian lebih lanjut mengenai partisipasi perusahaan penerbangan Asean pada skema tarip rendah penerbangan Australia-Eropa. Tentang tarip persinggahan, para menteri sepakat untuk menggarap lebih lanut berapa tingkat tarip yang pantas. Para menteri menunjuk pejabat tingginya untuk menggarap dan melaporkannya dalam waktu sebulan. Pertemuan tingkat pejabat tinggi dan ahli penerbangan ini direncanakan akan berlangsung di Singapura, 2 minggu sesudah pertemuan Jakarta. Masalah ini, seperti diakui Menlu Mochtar waktu membuka konperensi, bisa mengganggu hubungan AseanAustralia. Tapi Asean jelas tidak ingin menyelesaikannya secara konfrontatif. Siapa yang menang dalam konperensi itu? "Setengah untuk Asean dan setengah untuk Australia," kata Rajaratnam bergurau. "Dan akal sehat tidak mendapat kemenangan," tambah Wakil PM/Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia Mahathir bin Muhammad yang disambut ketawa wartawan. Pekan lalu Sekretaris Umum Seknas Asean Indonesia Umarjadi Nyotowijono mengomentari berita BBC bahwa Singapura telah mengadakan perjanjian rahasia dengan Australia tentang masalah ICAP ini sebagai "tidak masuk akal." Asean menurut dia harus tetap kompak. Walaupun mungkin hanya satu negara anggota saja yang rugi, tapi menjadi kewajiban Asean untuk membelanya. Ia menunjuk soal sengketa karet alam Asean dengan Jepang. Yang terkena langsung Indonesia, Malaysia dan Muangthai, tapi Singapura dan Pilipina juga solider ikut memperjuangkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus