Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

AHY Sebut Tanggul Laut Bisa Bantu Ekonomi 1.600 Kepala Keluarga yang Jadi Nelayan di Jakarta Utara

AHY mengatakan pembangunan proyek tanggul laut di kawasan Kalibaru, Jakarta Utara, adalah upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

5 November 2024 | 11.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY mengatakan pembangunan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau tanggul laut di kawasan Kalibaru, Jakarta Utara, adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Menurutnya, hal ini sejalan dengan arahan dari Presiden Prabowo Subianto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AHY menyatakan bahwa upaya tersebut akan membantu masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. Menurutnya, ada sekitar 1.600 kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaan mencari ikan. "Kita berpikir lebih jauh lagi ke depan, agar pembangunan infrastruktur benar-benar bisa menyelamatkan warga, selebihnya kita berharap ini terjadi peningkatan ekonomi," kata AHY dalam kunjungannya ke Kalibaru, Jakarta Utara, Senin, 4 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam peninjauan tersebut, AHY mengatakan telah melihat kapal-kapal nelayan di sepanjang tanggul. Ia berujar, banyak ukuran kapal yang memang tidak terlalu besar sehingga disesuaikan dengan kekuatan tanggul.

"Kita bisa lihat tadi di sepanjang tanggul ini ditambatkan kapal-kapal ikan tentu yang ukurannya tidak terlalu besar, 5 GT ya. Karena ini juga disesuaikan dengan kekuatan dari tanggul. Kalau yang besar-besar 30 GT itu bisa roboh, bisa jebol, konstruksinya tidak untuk kapasitas yang besar-besar," katanya.

Selain bermaksud untuk meningkatkan perekonomian, AHY juga khawatir dengan kondisi masyarakat pesisir, khususnya di Jakarta Utara, yang selalu terancam dengan bencana banjir. Hal tersebut dipengaruhi oleh penurunan permukaan tanah yang terjadi secara terus-menerus.

"Bahkan di beberapa tempat itu dalam setahun bisa menurun 10 cm. Kalau tidak ada upaya apa pun ini berbahaya. Artinya kita berupaya agar menyelamatkan jiwa manusia," ujarnya.

Tanggul ini direncanakan akan dibangun setinggi 4,8 meter di atas permukaan air. Meski keberadaan tanggul tersebut dapat melindungi masyarakat dari banjir, AHY berpendapat bahwa upaya ini belum cukup. Ia menambahkan perlu dibangun sistem polder dan kolam retensi untuk penanganan yang lebih menyeluruh.

"Itu gunanya agar pada saat curah hujan tinggi, maka itu bisa masuk ke kolam tersebut, ada ketinggian tertentu," imbuhnya.

Mantan Menteri ATR/BPN ini mengatakan upaya tersebut sejalan dengan langkah pencegahan penggunaan air tanah secara berlebihan. Selama puluhan tahun, masyarakat bergantung pada air tanah, sehingga ia berusaha memastikan adanya suplai air, termasuk air baku, untuk memenuhi kebutuhan warga.

"Itulah mengapa kami memastikan SPAM Jatiluhur bisa memberikan suplai itu kurang lebih 3.200 liter per detik, dan kami juga berupaya agar Krian dari Banten bisa juga segera berproduksi," katanya.

Pada kesempatan tersebut, AHY juga menggandeng Dody Hanggodo sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Ia mengklaim akan berkomitmen pada pembangunan di masa depan untuk selalu berorientasi pada peningkatan keselamatan dan kualitas hidup masyarakat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus