Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LOMBOK - AirAsia Indonesia menjadikan Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebagai hub atau basis baru untuk penerbangan domestik dan internasional. Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan, mengatakan, untuk mewujudkan hal ini, perusahaannya akan membuka dua rute penerbangan luar negeri baru di Lombok International Airport (LIA), yakni Singapura-Lombok dan Perth (Australia)-Lombok. "Kami akan siapkan dua pesawat yang standby di LIA pada awal Maret nanti," kata dia di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok Tengah, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dendy mengatakan pembukaan rute baru merupakan bagian dari upaya AirAsia mempromosikan pariwisata di Lombok dan mempercepat normalisasi pasca-bencana. Dia juga menyampaikan sejumlah hal yang masih membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah, yakni kemudahan regulasi slot penerbangan, dukungan promosi, hingga penyediaan fasilitas di LIA. "Ada beberapa perizinan formal yang kami butuhkan rekomendasinya dari gubernur terkait jadwal penerbangan," ujar dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini AirAsia memiliki lima hub penerbangan ada di Indonesia. Untuk rute lokal, AirAsia akan membuka rute Lombok-Denpasar dan Lombok-Yogyakarta. Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah mengatakan dipilihnya Lombok sebagai hub penerbangan akan membawa dampak positif bagi daerahnya. Sebab, kata dia, aksesibilitas destinasi wisata akan semakin luas dan berpeluang meningkatkan angka kunjungan wisatawan mancanegara ke daerahnya.
Zulkiefli mengatakan rencana tersebut lebih cepat daripada yang diperkirakan. "Kami sangat mengapresiasi rencana ini," ujar dia. Soal dukungan yang dibutuhkan, Zulkiefli memastikan akan memenuhinya.
Berkaitan dengan pengembangan pariwisata di Lombok pascabencana, sejumlah pengusaha perhotelan meminta insentif kepada pemerintah. General Manager Hotel Santika Mataram, Reza Bovier, meminta agar pemerintah bisa mengurangi pajak dari semula 10 persen supaya membantu meringankan beban pada masa sulit. "Pengurangan pajak itu bisa menjadi insentif," ujarnya.
Menurut Reza, jumlah kamar di Kota Mataram mencapai 3.000 unit, tapi okupansinya tidak sampai 500 orang. Selain itu, kata dia, jadwal penerbangan dari luar daerah tidak mendukung sektor pariwisata. Manajer Hotel KILA di Senggigi, Gede Agus Suana, juga mengatakan hunian kamarnya hanya 25-30 persen. "Kami upayakan efisiensi segala hal agar bisa bertahan," katanya. Adapun General Manager Hotel Montana Senggigi, Binang Odi Alam, berharap bisa menarik wisatawan melalui pemberian diskon 50 persen dari tarif normal, Rp 500 ribu. "Saat ini benar-benar krisis," ucapnya.
Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar mengatakan sudah berusaha mendukung kembali sektor pariwisatanya. "Kami berupaya melakukan recovery selama tahun ini," ujar dia. Untuk meringankan beban pengusaha, Akhyar memberikan pembebasan denda pajak yang terlambat dibayar. Menurut dia, pendapatan pajak hotel dan restoran adalah 60 persen atau Rp 89 miliar dari pendapatan asli daerah. "Denda bisa dibebaskan. Kalau pembebasan pajak hanya bisa dilakukan negara."
SUPRIYANTHO KHAFID | FERY FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo