Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Alasan Bank Indonesia Prediksi The Fed Turunkan Bunga Acuan Semester II 2024

Bank Indonesia memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menurunkan suku bunga.

30 November 2023 | 01.30 WIB

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) pada semester II-2024.

Pasalnya, penurunan inflasi di beberapa negara maju, termasuk AS, masih berjalan lambat pada tahun depan, meski pengetatan kebijakan moneter telah terjadi sangat agresif.
"Dengan demikian kita masih mengalami fenomena suku bunga Fed yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lama (higher for longer)," ucap Perry dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023 di Jakarta, Rabu 29 November 2023.

Sebagai implikasinya, kata dia, imbal hasil surat utang AS masih terus meningkat karena pembengkakan utang Negeri Adidaya. Meski begitu, ia berpendapat perkiraan penurunan bunga acuan Fed tersebut masih di atas target karena harga energi pangan global yang masih tinggi dan pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam yang masih ketat.

Perry menuturkan kondisi suku bunga Fed yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lama merupakan salah satu karakteristik ketidakpastian yang masih tinggi dan gejolak ekonomi global di tahun depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selain suku bunga Fed dan inflasi, karakteristik ketidakpastian lainnya yang dihadapi seluruh negara saat ini yakni pertumbuhan ekonomi yang lambat dan berlainan, dimana terdapat kemungkinan pertumbuhan global akan menurun ke 2,8 persen pada 2024, sebelum meningkat ke level 3 persen pada 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gejolak global berdampak negatif ke seluruh negara dunia

Sementara itu, kata dia, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan masih baik, China melambat, serta India dan Indonesia tumbuh tinggi.

Selanjutnya, kondisi kuatnya dolar AS yang mengakibatkan depresiasi nilai tukar seluruh dunia, termasuk rupiah, turut menjadi ciri ketidakpastian yang dihadapi dunia.

Lalu, terdapat pula fenomena kaburnya modal asing dalam jumlah besar dari negara pasar berkembang ke negara maju, yang sebagian besar beralih ke AS karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar.

Menurut Perry, berbagai ketidakpastian dan gejolak global tersebut berdampak negatif ke seluruh negara dunia, tak terkecuali Indonesia.

"Semua ini perlu kita waspadai dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan nasional yang sudah susah payah kita bangun," tuturnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus