Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jika tak ada aral melintang, divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk bakal resmi disepakati pada sore nanti, 26 Januari 2024. Sebanyak 14 persen saham perusahaan nikel tersebut akan menjadi milik MIND ID.
Hak pengendali operasi menjadi salah satu unsur krusial dalam negosiasi divestasi kali ini. Pengendali operasi punya akses terhadap keputusan strategis perusahaan untuk mengembangkan bisnis.
Kalaupun bukan untuk industri baterai, nilai nikel masih akan tinggi sebagai bahan baku industri material hingga stainless steel atau baja nirkarat.
JAKARTA - Jika tak ada aral melintang, divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk bakal resmi disepakati pada sore nanti, 26 Februari 2024. Sebanyak 14 persen saham perusahaan nikel tersebut akan menjadi milik MIND ID, holding perusahaan tambang pelat merah. Dengan asumsi seluruh transaksi dilakukan melalui penjualan sekunder, divestasi tersebut mewakili 1.391.087.420 lembar saham.
Sesuai dengan perjanjian induk divestasi yang diteken pada 20 November 2023, pengalihan saham Vale Indonesia berasal dari bagian Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining. Saat ini masing-masing perusahaan itu memegang 43,79 persen dan 15,03 persen saham. Porsi mereka setelah divestasi masih belum diketahui, tapi MIND ID bakal menguasai 34 persen saham.
Jika aksi korporasi ini terlaksana, Vale Indonesia bakal memenuhi kewajiban divestasi 51 persen saham buat Indonesia sebagai syarat perpanjangan masa operasi di dalam negeri. Sebelumnya perusahaan sudah melepaskan 20 persen saham ke publik, yang diakui sebagai bagian negara.
Tapi hal terpenting dari aksi korporasi ini bukan cuma besaran sahamnya. Hak pengendali operasi menjadi salah satu unsur krusial dalam negosiasi divestasi kali ini. Belajar dari pengalaman divestasi saham PT Freeport Indonesia, kepemilikan saham mayoritas tak otomatis membuat MIND ID menjadi pengendali operasi di Freeport Indonesia.
Menjelang Divestasi Vale
Pentingnya Hak Pengendali Operasi Vale
Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan Bisman Bachtiar, hak pengendali operasi sangat penting. Pengendali operasi punya akses terhadap keputusan strategis perusahaan untuk mengembangkan bisnis. Terlebih jika mempertimbangkan status Vale Indonesia.
“Hak pengendali operasi juga merepresentasikan wujud dari amanat penguasaan negara atas sumber daya alam,” ujar Bisman kepada Tempo, kemarin. Dia merujuk pada Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan negara menguasai bumi, air, dan kekayaan alam di dalamnya.
Vale, yang berdiri pada 1968, merupakan produsen nikel terbesar di dalam negeri. Perusahaan ini beroperasi di atas lahan seluas 118.017 hektare. Pada 2022, jumlah produksi bijih nikel perusahaan mencapai 11,55 juta ton dari empat wilayah tambang mereka di Blok Soroako, Blok Suasua, Blok Pomalaa, serta Blok Bahodopi.
Komoditas tersebut kemudian diolah menjadi 60.090 ton nickel matte. Produktivitas Vale meningkat pada 2023 dengan memproduksi 70.728 ton nickel matte. Perusahaan berencana mempertahankan produksi di angka yang sama pada tahun ini.
Nikel Vale Indonesia merupakan salah satu andalan untuk mewujudkan ambisi pemerintah: membangun pusat industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Meski produk baterai berbasis litium, yaitu lithium ferro phosphate (LFP), makin tenar, Bisman menilai peluang untuk menyediakan industri berbasis nikel, yaitu nickel mangan cobalt (NMC), masih besar. “Sekarang banyak penelitian dan pengembangan baterai NMC,” katanya. Dia yakin NMC bisa bersaing dan bersanding dengan LFP ke depan lantaran produsen kendaraan listrik pasti membutuhkan opsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekerja memantau proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, Maret 2023. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kalaupun bukan untuk industri baterai, Bisman menyatakan nilai nikel masih akan tinggi sebagai bahan baku industri material hingga stainless steel atau baja nirkarat. Sebelum komoditas ini diorientasikan untuk baterai kendaraan listrik, permintaan buat kedua industri tersebut cukup tinggi. “Industri nikel masih punya harapan yang cukup panjang dan tinggi,” katanya.
Bisman menilai pemerintah mempunyai daya tawar yang tinggi untuk mengambil hak pengendali operasi dari Vale Indonesia. Salah satunya dengan menggunakan perjanjian perpanjangan kontrak ke depan. Kontrak karya perusahaan bakal berakhir pada Desember 2025. “Tidak harus langsung mengambil alih. Secara bertahap menjadi pengendali juga bisa jadi solusi. Tapi, intinya, pada akhirnya Indonesia harus menjadi pengendali,” ujarnya.
Peneliti dari Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, juga memandang bahwa urusan pengendali operasi penting dalam divestasi Vale Indonesia. Indonesia bisa mendapat pengetahuan mengenai cara mengelola tambang nikel hingga mengolahnya. Perusahaan bahkan sudah menyiapkan investasi total US$ 9 miliar untuk mendirikan dua smelter rotary kiln-electric furnace (RKEF) di Sorowako, Sulawesi Selatan, dan di Bahodopi, Sulawesi Tengah, serta satu smelter high-pressure acid leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
“Jadi kita bukan cuma terima dividen. Masak, mau begitu terus?” kata Ferdy. Dia optimistis MIND ID punya kapasitas untuk mengelola bisnis tersebut.
Penguasaan terhadap Vale juga diharapkan bisa mengurangi dominasi pemain asing di industri smelter nikel dalam negeri. Ferdy mencatat hampir 70 persen pasar saat ini dikuasai perusahaan asal Cina. Ferdy berujar, pemerintah perlu mulai membatasi diri terhadap investasi asing, mengingat sumber daya ini tak terbarukan. “Dalam 10-20 tahun lagi, kita bisa tidak mendapatkan apa-apa kalau terlalu terbuka terhadap investasi asing,” tuturnya.
Pekerja memantau proses peleburan nikel di smelter nikel PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan. REUTERS/Yusuf Ahmad
Keinginan MIND ID
Keinginan untuk menjadi pengendali diungkapkan MIND ID dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat pada 29 Agustus 2023. Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menyatakan ingin memperbaiki kinerja operasi Vale Indonesia seusai divestasi. “Dari sejarah terlihat baik waktu masih ditangani INCO maupun Vale bahwa pengembangannya sangat rendah,” ucapnya.
Dia menyoroti kapasitas produksi nikel Vale Indonesia yang cenderung stagnan di angka 70-80 ribu ton per tahun. Padahal, sampai 31 Desember 2022, perusahaan memiliki cadangan bijih nikel berkadar 1,70 persen hingga 111,55 juta ton. Kondisi ini berdampak pada penghasilan perusahaan, yang berujung pada besaran dividen buat MIND ID.
Dari investasi sebesar US$ 372 juta untuk mengakuisisi 20 persen saham Vale Indonesia pada 2019, perusahaan baru memperoleh satu kali dividen. Nilainya setara dengan US$ 30,8 juta. Hendi menyebutkan setoran itu sangat rendah. “Kami berketetapan memastikan pembagian dividen yang konsisten ke depan,” katanya.
Direktur Keuangan MIND ID Akhmad Fazri menambahkan, perusahaan bakal berfokus mempercepat proyek-proyek penghiliran Vale Indonesia. Sejak 2014, perusahaan wajib mendirikan fasilitas pengolahan nikel. Namun saat ini tiga proyek smelter mereka masih dalam tahap awal pembangunan. Jika penyelesaian proyek tak sesuai dengan target, perusahaan mengalami risiko penyusutan wilayah kerja di area yang berkaitan dengan proyek. Padahal luas wilayah operasi perusahaan sudah menyusut jauh. Pada awal mendapatkan kontrak, Vale Indonesia beroperasi di atas lahan seluas 6,6 juta hektare.
Dengan posisi MIND ID saat ini, Akhmad berujar perusahaan tak bisa berbuat banyak untuk mendorong percepatan proyek. “Kalau kita menjadi pengendali, kita akan lebih bisa main di sana,” katanya.
Tempo berupaya meminta konfirmasi mengenai status pengendali operasi ini kepada Sekretaris Perusahaan MIND ID Heri Yusuf serta Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto. Namun, hingga berita ini ditulis, keduanya belum memberi jawaban.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengumumkan kesepakatan divestasi saham Vale Indonesia bakal resmi pada sore nanti. “Penandatanganan itu mudah-mudahan Senin, jam 4 sore,” tuturnya pada Selasa, 20 Februari lalu.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, divestasi saham Vale Indonesia buat MIND ID akan dilaksanakan dengan harga di kisaran Rp 3.000 per lembar. Nilainya lebih rendah daripada nilai saham emiten berkode INCO yang pada akhir perdagangan pekan lalu mencapai Rp 3.950 per lembar saham.
VINDRY FLORENTIN | AMELIA RAHIMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo