Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi Riawan, mengatakan keputusan PT Indofarma (Persero) Tbk. atau INAF untuk menunda Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2023 dapat mempengaruhi harga saham perseroan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Investor, menurut Reza, cenderung mencari transparansi dan kepastian ketika memutuskan untuk berinvestasi. Sementara itu, penundaan RUPS Tahunan seperti ini dapat memicu keraguan dan ketidakpastian pada pihak investor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ketidakpastian akibat penundaan RUPST dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan ketidakstabilan, yang berpotensi mempengaruhi harga saham,” ujar Reza ketika dihubungi Tempo pada Kamis, 25 Juli 2024.
Pada 25 Juli 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat harga saham INAF berada di level Rp 126 per saham.
Reza juga mengingatkan, perusahaan perlu berkomunikasi secara transparan dengan pemegang saham yang terlibat untuk mengurangi keraguan yang muncul. “Investor mungkin merasa khawatir tentang transparansi dan keamanan pasar jika keputusan semacam ini terjadi terlalu sering,” kata Reza.
Indofarma, perusahaan milik negara yang bergerak di bidang farmasi dan alat kesehatan, menunda Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2023 yang seharusnya dilaksanakan di Jakarta pada Kamis, 25 Juli 2024.
Komisaris Utama Indofarma, Laksono Trisnantoro, menyatakan kuorum RUPS Tahunan Indofarma tidak terpenuhi, sehingga rapat umum tersebut akan ditunda 10 sampai 21 hari sejak RUPST pertama.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah kehadiran, pemegang saham dan kuasanya yang hadir hanya 13,7445382 persen sehingga rapat dinyatakan tidak mencapai kuorum. Dengan tidak terpenuhinya kuorum, RUPST dinilai tidak dapat mengambil keputusan yang sah dan mengikat untuk semua mata acara rapat.
ANTARA