Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Dua operator bandar udara pelat merah, PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero), melebarkan bisnis ke luar negeri. Perseroan mengincar proyek-proyek yang menguntungkan di negara lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, Angkasa Pura II sedang mengikuti lelang pengelolaan Bandara Internasional Clark, yang berada tak jauh dari Manila, Filipina. Juru bicara Angkasa Pura II, Yado Yarismano, menyatakan perseroan tengah melebarkan jaringan bisnis. "Pertimbangan kami, bisnisnya harus mengikuti traffic dan pergerakan penumpang," katanya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Volume penumpang bandara tersebut diketahui masih berkisar 2 juta orang per tahun dari kapasitas total. Namun potensi omzet dari pengelolaan dan penambahan terminal tersebut mencapai Rp 15 triliun, dengan hitungan konsesi selama 25 tahun.
Konsorsium pengelolaan Bandara Clark, yang diikuti Angkasa Pura II, juga diikuti perusahaan swasta asal Filipina dan operator pesawat AirAsia. Dalam kerja sama tersebut, pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini menyetor dana Rp 350 miliar dengan kepemilikan saham 35 persen. Adapun investasi konsorsium untuk pengembangan Bandara Clark dibatasi maksimal 40 persen karena adanya aturan terkait dengan porsi investasi oleh pemerintah Filipina.
Yado mengatakan perusahaannya melirik proyek pengelolaan bandara di Thailand. "Ada kemungkinan (ekspansi ke Thailand). Kami masih mempelajarinya," ucapnya tanpa memerinci bandara yang dimaksud.
Adapun Direktur Pe-ngembangan Usaha PT Angkasa Pura I (Persero), Sardjono Jhony Tjitrokusumo, menyatakan ketertarikan perusahaannya pada Bandara Internasional U-Tapao, yang berjarak kira-kira 90 mil di tenggara Bangkok, Thailand. Menurut dia, bandara berkapasitas 3,7 juta penumpang itu berada di zona pasar yang menjanjikan. Ukurannya pun identik dengan Bandara Lombok di Praya, Nusa Tenggara Barat, yang sudah lama ditangani Angkasa Pura I.
"Kami sedang menghitung dan mempertimbangkan untuk berekspansi ke situ," ujar Jhony kepada Tempo.
Ekspansi ke proyek asing, kata dia, sangat memungkinkan bagi Angkasa Pura I yang tengah mengembangkan aset. "Tahun depan, kami ingin ada lompatan bisnis demi mengejar target revenue (penghasilan) hingga Rp 24,6 triliun pada 2023," tuturnya.
Vice President Corporate Secretary Angkasa Pura I, Handy Heryudhitiawan, berujar nilai tambah dari proyek asing bisa menguntungkan perseroan. Namun proyek dalam negeri masih menjadi yang utama. "Dengan sumber data yang ada, kami mampu bersaing. Tapi ada skala prioritas untuk mana yang ingin diselesaikan lebih dulu," ujarnya.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Ahmad Bambang, menyebutkan pemerintah mendorong perluasan bisnis BUMN. "Semua BUMN punya potensi ke luar negeri, kualitas dunia," ucapnya, kemarin.
Ekspansi asing, dia melanjutkan, sudah dimulai BUMN di berbagai sektor, seperti jasa konstruksi, jasa manajemen, dan manufaktur yang mengekspor produk. "Beberapa perusahaan, seperti PT Pertamina (Persero) atau anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), tinggal melanjutkan. Untuk yang lain, ekspansi bisa dimulai dengan kerja sama operasi, dan sebagainya."
Direktur Utama PT Industri Kereta Api (Persero), Budi Noviantoro, menyatakan tengah menggarap pesanan ratusan set kereta untuk Bangladesh dan Filipina. "Untuk tahun depan juga ada proyek 70 kereta untuk Sri Lanka, juga proyek untuk Taiwan yang masih proses lelang," tuturnya kepada Tempo. FAJAR PEBRIANTO | YOHANES PASKALIS PAE DALE
Genjot Volume Penumpang
JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) masih menyelesaikan berbagai proyek pengembangan bandar udara guna meningkatkan pergerakan penumpang per tahun. Perseroan pun menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 11 triliun untuk pekerjaan tahun depan.
Juru bicara Angkasa Pura II, Yado Yarismano, membenarkan perusahaannya mengejar penyelesaian proyek utama, salah satunya Terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta, Banten. "Tentunya fokus kami di proyek domestik itu," ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, pun memastikan 60 persen dari capex 2019 terpakai untuk Soekarno-Hatta. Di samping menyiapkan terminal baru, perseroan menggarap tambahan landasan pacu di Terminal 3, juga penataan sub-terminal khusus low cost carrier.
"Kami tingkatkan kapasitas. Volume penumpang Soekarno-Hatta tahun lalu sekitar 63 juta, dan sekarang mungkin tembus 66 hingga 67 juta," kata Awaluddin. "Kita masih menunggu produksi bandara dari masa Natal dan tahun baru nanti."
Tanpa memerinci pendapatan perseroan, Awaluddin menyebutkan jumlah penumpang di 15 bandara milik Angkasa Pura II sudah mencapai 116 juta orang per tahun. Kenaikannya hingga 10 persen dari tahun lalu karena tingginya permintaan pengguna pesawat. "Angkanya akan naik lagi. Kami meningkatkan kapasitas banyak bandara, seperti Minangkabau (Sumatera Barat) dan Depati Amir (Bangka-Belitung)," ucapnya.
Adapun Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendorong penggunaan lahan terbang anyar, seperti Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. Bandara yang sisi udaranya dibangun AP II itu baru diterbangi tiga maskapai. "Kami sedang atur kapasitas agar penumpang bergeser ke Kertajati. Jakarta sudah penuh sekali. Dalam satu jam, ada 83 penerbangan," tuturnya.
YOHANES PASKALIS PAE DALE | HENDARTYO HANGGI
Ekpansi ke Mancanegara
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo