Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Aneka Tambang (Persero) Tbk berharap proses divestasi saham PT Freeport Indonesia sebesar 51 persen segera tuntas dan bisa menambah produksi. "Mudah-mudahan dengan adanya Freeport kami dapat peran mengelola emas yang ada di sana," ujar Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk, Arie Prabowo Ariotedjo, kepada Tempo, kemarin.
Arie berharap tambahan produksi bisa segera didapat dari Freepot mengingat kegiatan penambangan emas perseroan akan berakhir pada 2026. Antam adalah anak usaha dari PT Inalum, induk usaha perusahaan tambang yang ditugasi mengambil alih saham divestasi Freeport.
Pengelolaan yang dimaksud Arie adalah pengolahan lumpur anoda (anoda slime) Freeport yang tergolong material sisa pemurnian tembaga. Lumpur ini bisa diolah Antam menjadi emas batangan.
Selama ini anoda slime milik Freeport dihasilkan dari smelter tembaga PT Smelting Gresik di Jawa Timur—pengolah emas yang juga anak usaha Freeport. Namun, material itu terpaksa dijual ke luar negeri karena fasilitas pengolahannya belum tersedia di Tanah Air.
Antam sebenarnya merencanakan pembangunan pabrik anoda slime bersama Freeport pada 2016. Fasilitas tersebut akan berlokasi di Pulogadung, Jakarta Timur. Perusahaan mengejar kepemilikan proyek sebesar 40 persen. Namun kongsi itu kandas lantaran kedua pihak tidak kunjung menyepakati klausul finansial.
Arie menargetkan, jika akuisisi Freeport berhasil, Antam bakal melamar Inalum untuk membuat pabrik pengolahan lumpur anoda sendiri. "Kalau sudah dikuasai Inalum pasti ceritanya beda," tuturnya.
Sepanjang Januari-April 2018, Antam hanya mampu memproduksi emas 538 kilogram. Torehan itu merosot dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 602 kilogram.
Sebaliknya, penjualan emas batangan Antam meroket 226 persen ke 6,94 ton pada kuartal I tahun ini. Kuartal I 2017, volumenya hanya 2.128 kg. Arie mengatakan sebagian besar emas yang dijual itu tidak diproduksi sendiri, melainkan dibeli dari pihak lain. "Kemudian kami stempel," kata Arie.
Segmen niaga ini diakui Arie hanya memberikan margin tipis. Namun karena volumenya besar, kontribusinya ke total nilai penjualan bersih mencapai 59 persen.
Meski begitu, perusahaan tak kehilangan minat melanjutkan eksplorasi tambang. Arie mengklaim Antam segera melanjutkan penemuan cadangan tambang emas Oksibil di Pegunungan Bintang, Papua. Wilayah ini adalah bekas konsesi Freeport Indonesia. Eksplorasi sempat berhenti lantaran areanya masuk kawasan konservasi.
Perusahaan juga mengantongi kepemilikan di proyek eksplorasi emas PT Sumbawa Timur Mining bersama PT Vale Indonesia Tbk. Meski prospektif, monetisasi aset di Papua dan Sumbawa baru berhasil pada 6-8 tahun mendatang.
Perusahaan turut mengantongi informasi sumber daya emas dan beragam bahan tambang lain berkat proyek survei pendahuluan bersama Newcrest Mining, pengeruk yang bermarkas di Australia. Proyek sudah berlangsung sejak November 2016. Namun, usaha ini terancam pupus. Sebab kedua pihak tidak memperoleh kepastian konsesi dari pemerintah. "Seharusnya kami bisa mendapat keistimewaan. Seperti di industri hulu minyak dan gas bumi bisa seperti itu," katanya.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bambang Gatot Ariyono, mengakui hingga kini sektornya belum mengatur keistimewaan konsesi bagi perusahaan yang menginisiasi penemuan sumber daya pertambangan. Padahal regulasi tersebut cukup ampuh untuk merangsang eksplorasi komoditas mineral. Bambang berjanji akan mempelajari permintaan Antam. "Nanti kami lihat peluangnya. Karena itu memberi minat orang untuk melakukan penelitian," katanya.
ROBBY IRFANY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo