Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Asa AirAsia Menggoyang Dominasi Pemain Utama

Kemunculan AirAsia Ride dinilai tak seketika menggoyang dominasi pemain besar. Namun aplikasi miliki grup maskapai AirAsia ini berpotensi mengumpulkan pasar besar di masa mendatang.

3 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Kemunculan AirAsia Ride—angkutan sewa berbasis aplikasi atau ride hailing milik grup maskapai AirAsia—dianggap belum akan seketika mengganggu dominasi para operator utama di industri tersebut.

Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Rizal Edy Halim, mengatakan iklim persaingan industri kendaraan online masih sempit dengan penguasaan pangsa pasar yang besar oleh pemain ride hailing ternama, seperti PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek serta Grab Indonesia. Namun, kata dia, konsumen selalu terbuka terhadap pilihan layanan baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bila dikelola dengan benar, masuknya pemain baru bisa membuat persaingan semakin lebar,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.

Grup AirAsia, yang biasa melayani segmen penerbangan berbiaya murah atau low cost carrier, sedang gencar menggenjot ekosistem digitalnya melalui entitas AirAsia Super App. Mulai 2 November 2022, perusahaan meluncurkan layanan taksi daring AirAsia Ride di Bali sebagai bagian dari ekspansi digital di beberapa negara di Asia Tenggara.

Pada pertengahan 2021, Grup AirAsia sudah mengakuisisi bisnis ride hailing Gojek di Thailand lewat AirAsia Digital Sdn Bhd. Dengan transaksi saham yang valuasinya menyundul US$ 50 juta, AirAsia saat itu menyambut para pengemudi dan mitra gerai kuliner Gojek Thailand yang pada 2019 masih bernama GET. Mengincar pasar wisatawan dan pengguna fitur aplikasi, fitur ride hailing AirAsia dihubungkan ke dalam aplikasi multiguna yang juga menyangkut ke layanan lain, seperti akomodasi, kuliner, serta sistem pemesanan tiket pesawat.

Perusahaan mengelola belasan lini bisnis non-penerbangan. Di Indonesia, AirAsia pun sempat meluncurkan AirAsia Beauty—e-commerce produk kecantikan. Sedangkan di Malaysia, perusahaan juga mengembangkan bisnis ride hailing dan sejumlah lini lain, dari AirAsia Shop, AirAsia Food, hingga segmen lokapasar AirAsia Fresh.

Ilustrasi airasia ride. Dok instagram/Airasiarideapp

Dampak AirAsia Super App bagi Konsumen

Menurut Rizal, AirAsia Super App bisa menambah fitur aplikasinya agar lebih menarik bagi konsumen. Dengan bekal layanan multifungsi, AirAsia bisa menambah pilihan bagi konsumen. “Kalau opsi bertambah, daya tawar atau bargaining konsumen akan semakin tinggi dan positif bagi industri,” tuturnya.

Pengamat transportasi dari Universitas Pembangunan Jaya, Resdiansyah, menyebut AirAsia belum lama merambah pasar digital, namun sudah mumpuni untuk mempelajari pola permintaan konsumen. Manajemen dianggap hanya perlu mencari inovasi untuk pengguna aplikasi yang jenuh dengan layanan saat ini. “Dengan masuknya AirAsia Ride, penumpang melihat inovasi layanan. Jadi, tidak terpaku melihat opsi tarif dari pemain sebelumnya.”

Strategi kemitraan yang lebih menarik, menurut dia, bisa menjadi senjata untuk mendongkrak produk transportasi AirAsia Super App. Kepada mitra pengemudi di Malaysia, AirAsia menawarkan pekerjaan penuh waktu dengan gaji bulanan minimum 3.000 ringgit Malaysia atau berkisar Rp 10 juta. “Jika diterapkan di Indonesia, bisa memberikan keuntungan dari segi loyalitas driver.

Dalam peluncuran AirAsia Ride di Bali, kemarin, Head of Delivery AirAsia Super App Indonesia, Ardi Winadar, menjanjikan skema penentuan tarif yang ringan bagi pengguna jasa AirAsia Ride, namun juga menguntungkan bagi pengemudi. Meski begitu, dia tak gamblang menyebutkan besaran harga per kilometer yang akan diterapkan untuk AirAsia Ride di Bali. Yang pasti, perhitungannya diklaim tak akan melanggar aturan batas tarif. “Kami akan selalu upayakan tarif pengemudi tetap pantas, sambil tetap mengikuti regulasi yang ada,” kata dia.

CEO of AirAsia Super App, Amanda Woo, mengatakan mungkin terkesan menjadi tantangan besar untuk dapat menembus para kompetitor super app lokal yang didominasi oleh sejumlah pemain utama. Namun, dia yakin AirAsia Super App memiliki diferensiasi, serta cara pendekatan yang berbeda untuk penetrasi pasar Indonesia.

"Kami percaya tidak ada super app lain di luar sana yang benar-benar dapat menyatakan diri sebagai travel super app, dan mampu memberikan pengalaman praktis secara menyeluruh kepada penggunanya dengan menggabungkan segmen perjalanan dan gaya hidup dalam satu platform,” kata dia.

Menurut Amanda,  AirAsia Super Apps merupakan satu-satunya travel super app yang memiliki maskapai sendiri. Dengan keunggulan tersebut, AirAsia Super Apps bisa mengoptimalkan database pengguna yang luas dan memperkuat segmen travel.

Ketua Perhimpunan Pengemudi Transportasi dan Jasa Daring Indonesia (PPTJDI), Igun Wicaksono, mengatakan minat pendaftaran pengemudi angkutan daring terus menurun di masa pandemi Covid-19. Tanpa menyebutkan identitas, dia mengatakan operator ride hailing kerap mengambil kompensasi yang besar dari pengemudi. Hal itu tak bisa diintervensi pemerintah lantaran berupa skema business to business antara mitra dan perusahaan.

“Kebutuhan pengemudi ojek online adalah naiknya pendapatan, dan potongan biaya aplikasi maksimal 10 persen, tidak lebih,” kata Igun.

NOVA YUSTIKA PUTRI SINAGA (MAGANG) | YOHANES PASKALIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus