Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Sejumlah bank besar mencatatkan kinerja gemilang pada paruh pertama tahun ini. Hal itu ditandai dengan lonjakan perolehan laba yang signifikan dibanding pada periode yang sama tahun lalu. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, misalnya, mengalami kenaikan perolehan laba bersih konsolidasi hingga 61,7 persen menjadi Rp 20,2 triliun. Capaian itu sejalan dengan ekspansi bisnis yang dilakukan, khususnya yang berasal dari pertumbuhan kredit.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, mengatakan realisasi pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi hingga Juni 2022 menembus Rp 1.138,31 triliun atau tumbuh 12,22 persen. "Permintaan kredit pulih dengan sangat baik, disokong oleh seluruh segmen kredit," ucapnya, kemarin. Salah satunya adalah kredit korporasi yang menjadi penyumbang terbesar dengan pertumbuhan 10,6 persen atau menjadi Rp 409 triliun.
Pertumbuhan kredit perbankan ini juga turut mendorong pertumbuhan total aset Bank Mandiri secara konsolidasi yang mencapai Rp 1.786 triliun atau tumbuh 13 persen secara tahunan. "Melihat hasil yang membaik, kami optimistis pertumbuhan kredit hingga akhir tahun bisa di atas 11 persen," kata Darmawan. Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri mencapai 12,76 persen atau Rp 1.318,42 triliun, dan menjadikannya sebagai bank dengan total DPK terbesar di industri perbankan Indonesia.
Petugas bank menghitung uang di Mega Kuningan, Jakarta, 28 Juni 2022. ANTARA/Aprillio Akbar
Profitabilitas tinggi juga diraup PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dengan laba bersih perseroan tumbuh 98,38 persen secara tahunan menjadi Rp 24,88 triliun. Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan, selain ditopang pertumbuhan kredit, capaian itu disokong oleh pertumbuhan pendapatan berbasis komisi (fee-based income) atau pendapatan non-bunga berkat kenaikan transaksi di e-channel perseroan. "Transformasi digital mampu meningkatkan produktivitas bisnis sekaligus menjaga efisiensi operasional," ujar Sunarso.
Adapun pengguna layanan digital BRI Mobile hingga semester I 2022 tumbuh pesat, yaitu mencapai 18,47 juta atau tumbuh 66,3 persen. Pertumbuhan itu diraih setelah perseroan melakukan transformasi layanan digital menjadi super-app, dengan lebih dari 1.000 fitur dalam aplikasi BRI Mobile. Fitur tersebut telah terhubung dengan berbagai platform, agregator, ataupun dealer yang bisa dimanfaatkan nasabah.
Direktur Bisnis dan Konsumer BRI, Handayani, mengatakan pertumbuhan jumlah pengguna yang signifikan turut meningkatkan frekuensi transaksi layanan digital tersebut. Per Juni 2022, transaksi melalui BRI Mobile mencapai 726,6 juta atau tumbuh 136,6 persen. "Volume transaksi Rp 1.075 triliun atau tumbuh 131 persen. Transaksi tersebut juga menghasilkan fee-based income senilai Rp 724,2 miliar."
Kondisi senada dialami PT Bank Central Asia Tbk, yang berhasil membukukan laba bersih Rp 18 triliun atau tumbuh 24,9 persen secara tahunan. Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja, menuturkan kenaikan laba berasal dari kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 5,3 persen menjadi Rp 29,8 triliun. Pendapatan selain bunga pun tumbuh 8,9 persen menjadi Rp 11,1 triliun, yang ditopang dengan kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 15 persen.
"Tidak bisa dimungkiri bahwa mayoritas transaksi perbankan pada semester I 2022 berasal dari transaksi digital, terutama dari mobile banking," ucapnya. Adapun pada paruh pertama tahun ini, total volume transaksinya tercatat naik 40 persen mencapai 10 miliar transaksi.
Jahja menambahkan, ke depan, perusahaan akan terus memperbarui fitur dan layanan mobile banking myBCA. Pembaruan yang telah direalisasi di antaranya fitur kredit pemilikan rumah (KPR) instant top-up, pembayaran tagihan ponsel pascabayar, push notification personal, dan transfer virtual account single billing.
Sementara itu, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, mengatakan membaiknya kinerja perbankan ditopang oleh aktivitas perekonomian yang semakin pulih. "Hal ini tecermin dari permintaan kredit yang membaik," ujarnya dalam keterangan pers, kemarin. OCBC NISP sendiri mencatat kenaikan penyaluran kredit sebesar 10 persen secara year on year (yoy) pada semester I 2022.
Pertumbuhan kredit di OCBC NISP, kata Parwati, didorong oleh kenaikan kredit retail sebesar 15 persen dan kredit bisnis 7 persen. Salah satu kontribusi penyaluran kredit terbesar di bank ini adalah program penyaluran kredit khusus bagi kaum perempuan (TAYTB Woman Warrior), yang meningkat signifikan sebesar 41 persen (yoy) dan peningkatan jumlah nasabah 20 persen.
Secara pendapatan, OCBC NISP juga mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 12 persen. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 4 persen dan penurunan beban cadangan kerugian 16 persen. "Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif stabil, kami tetap optimistis sekaligus waspada terhadap berbagai ketidakpastian dan ancaman resesi global," ujar Parwati.
GHOIDA RAHMAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo