Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Hambatan pertumbuhan permintaan akan pusat data diwaspadai.
Pertumbuhan e-commerce memicu kenaikan permintaan terhadap pusat data.
Kekurangan tenaga kerja menjadi tantangan.
JAKARTA — Sekretaris Jenderal Data Center Provider Organization, Teddy Sukardi, optimistis kebutuhan terhadap fasilitas penyimpanan data di dalam negeri makin tinggi. Namun dia mewaspadai sejumlah hambatan pertumbuhan permintaan.Â
Teddy mengatakan pertumbuhan industri e-commerce menjadi salah satu pemicu kenaikan permintaan terhadap pusat data. Selain itu, saat ini layanan komputasi awan makin menjamur sehingga menambah pasar buat pelaku industri pusat data. Pemicu lainnya berkaitan dengan penggunaan Internet of Things dan artificial intelligence yang makin luas.Â
Namun sentimen-sentimen positif ini berpotensi terhambat akibat minimnya energi bersih di Indonesia. "Kita kurang cepat menggunakan energi alternatif," ujar Teddy kepada Tempo, kemarin, 9 Mei 2023. Dia mencatat, pengurangan emisi makin menjadi perhatian pelanggan pusat data. Sebab, banyak negara, termasuk Indonesia, mulai mempertimbangkan menerapkan pungutan untuk emisi yang dihasilkan tiap entitas.
Teddy mengatakan perlu ada percepatan pemanfaatan energi terbarukan sehingga pusat data bisa ramah lingkungan. "Kalau tidak, nanti investor data center larinya tidak ke Indonesia, tapi ke negara lain." Dia memahami PT PLN (Persero) masih memiliki kontrak-kontrak untuk mendirikan pembangkit listrik bertenaga uap batu bara. Dia berharap pemerintah bisa ikut turun tangan mencarikan solusi agar porsi energi terbarukan dalam sistem kelistrikan Indonesia makin banyak.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo