Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kedodoran Kejar Target Proyek Infrastruktur Internet

Bakti menyebutkan tiga konsorsium kedodoran menyelesaikan proyek menara pemancar telekomunikasi BTS 4G di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan.

13 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Seluruh proyek menara BTS 4G ditargetkan rampung pada 2023.

  • Titik pengerjaan konsorsium sempat tertunda karena alasan keamanan.

  • Subkontraktor dikabarkan memprotes konsorsium karena masalah pembayaran.

JAKARTA – Berawal dari temuan 12.548 titik yang tak terjangkau sinyal Internet pada 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika bermimpi memperluas akses layanan 4G. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 7.904 desa di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) ditargetkan memiliki stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) dalam waktu dua tahun.

Kementerian, melalui badan layanan usaha miliknya, yaitu Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), merencanakan pembangunan BTS 4G di 4.200 lokasi pada 2021 dan sisanya diselesaikan pada tahun berikutnya. Pemancar tersebut tersebar di pelosok Kalimantan, Nusa Tenggara, Sumatera, Maluku, Sulawesi, Papua, dan Papua Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Namun target itu tak tercapai. Direktur Utama Bakti, Anang Lutfi, menyatakan seluruh proyek baru akan rampung pada 2023. “Faktanya, ketiga vendor kedodoran semua menyelesaikan ini. Tidak ada yang sesuai dengan target,” ujarnya kepada Tempo pada Rabu lalu.

Proyek pembangunan stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) jaringan seluler 4G di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan molor. Alasannya beragam, dari pandemi hingga konflik dalam tubuh kontraktor. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) memastikan pembangunan tahap pertama, yang seharusnya rampung pada 2021, bisa beres sebelum akhir tahun ini. Badan layanan umum milik Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut menyatakan seluruh proyek akan beroperasi mulai 2023, dari target awal 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Bakti bekerja sama dengan tiga kontraktor untuk menggarap proyek ini. Masing-masing berupa konsorsium yang terdiri atas pemilik izin jaringan tertutup dan izin BTS. Mereka adalah konsorsium Lintasarta, Huawei, dan Surya Energi Indotama yang bertugas di wilayah Papua Barat; serta konsorsium Infrastruktur Bisnis Sejahtera (IBS) dan ZTE Indonesia di wilayah Papua.

Adapun konsorsium terakhir adalah gabungan FiberHome, Telkom Infra, dan Multi Trans Data yang bakal mendirikan pemancar di Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Tenggara, Maluku, serta Sulawesi.

Pemerintah sempat memberikan perpanjangan waktu untuk menyelesaikan pembangunan tahap pertama hingga satu kuartal. Namun, sampai 31 Maret 2022, baru 1.791 BTS yang berhasil berdiri dan memancarkan sinyal Internet. Sementara itu, target pembangunan tahap kedua yang seharusnya selesai pada tahun ini belum tersentuh.

Alasan Pandemi
Anang menyebut pandemi sebagai salah satu biang kerok lambatnya perkembangan proyek. Pada 2021, varian baru Covid-19 merebak dan menghambat pergerakan manusia serta barang proyek. Dia mencontohkan kesulitan kontraktor mendapatkan komponen BTS, seperti chipset, akibat terhentinya kegiatan industri global.

Alasan lainnya adalah medan yang menantang di wilayah 3T. Akibatnya, pengiriman komponen menjadi sulit. Anang mencontohkan tantangan yang dihadapi konsorsium IBS-ZTE yang baru menyelesaikan 32,2 persen target pembangunan tahap pertama mereka pada Maret lalu. Mereka harus mengangkut komponen pemancar menggunakan pesawat yang juga membawa bahan pangan dan logistik masyarakat setempat. Helikopter pun tak selalu bisa diandalkan lantaran modanya terbatas.

Sejumlah titik pengerjaan konsorsium itu juga sempat tertunda karena alasan keamanan. Pada Maret lalu, Bakti menerima surat permintaan untuk menghentikan sementara proyek pembangunan pemancar dari Polda Papua. Keputusan tersebut dibuat setelah pada 2 Maret lalu terjadi penembakan terhadap delapan pekerja Palapa Ring Timur di pedalaman Distrik Boega, Kabupaten Puncak.

Tower Base Transceiver Station (BTS) 4G Bakti di Desa Tolo'oi, Nusa Tenggara Barat. kominfo.go.id

Protes Subkontraktor Infrastruktur Internet
Sementara itu, kendala yang dihadapi konsorsium FiberHome berbeda. Perusahaan yang terkenal sebagai penyedia fiber optic di dalam negeri ini menghadapi gelombang protes dari beberapa subkontraktor level 2 yang mengaku tak dibayar sesuai dengan perjanjian. Salah satunya datang dari PT Semesta Energi Services (SES) yang menggarap pemancar di Natuna.

SES mengadu kepada Bakti tak dibayar oleh PT Pool Konstruksi Terbarukan yang menyewa layanan mereka. Pool menerima 206 proyek dari FiberHome dan menugaskannya kepada SES. Sebanyak 72 persen BTS di antaranya sudah siap beroperasi. Namun Pool, yang terafiliasi dengan PT Pool Advista Indonesia Tbk—perusahaan milik terpidana korupsi Jiwasraya, Heru Hidayat—hanya membayarkan 32 persen.

Bakti mengklaim telah menyelesaikan urusan tersebut. Head of Project Management Implementation FiberHome Telkom Infra MTD Consortium, Wang Tao, membantah tudingan ihwal adanya masalah pembayaran yang memicu keterlambatan proyek. Lewat surat elektronik pada Jumat lalu, dia menyatakan perusahaannya memiliki aturan ketat soal proses pembayaran. “Kami selalu membayar tepat waktu untuk setiap pembayaran yang jatuh tempo kepada pemasok dan subkontraktor,” ujarnya. “Tidak ada komplain dari pemasok dan subkontraktor FiberHome tentang pembayaran.”

Selain kendala tersebut, Tempo menemukan kejanggalan yang diduga memicu lambatnya kemajuan proyek BTS 4G ini. Baca laporan selengkapnya di majalah Tempo edisi Senin, 13 Juni 2022.

KHAIRUL ANAM | AISHA SHAIDRA | FRACISCA CHRISTY ROSANA | VINDRY FLORENTIN

Baca: Giliran DPR Soroti Proyek Bakti

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus