Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI Bali, sudah sejak tahun 1974 keadaan hotel kecil menyedihkan.
Mereka terlanjur mendapat kredit investasi dengan-bunga tinggi.
Ledakan turis setelah konperensi PATA pada mulanya dikira akan
terjadi, tapi ternyata jumlah tamu di hotel kecil malah merosot.
Supaya tidak terus-menerus rugi, pemerintah mendorong
penggabungn hotel kecil. Mingu lalu dari Jakarta tersiar
keterangan Menteri Perhubungan Emil Salim, sudah 6 hotel -
Peneda, Besakih Irama, Gazebo, La Taverna dan Puri Dalem -
bersedia digabung dengan kerjasama Mac Robertson Muller Airline
Service, suatu perusahaan penerbangan borongan dari Australia.
Apa ya? Koresponden Putu Setia dari TEMPO menjumpai para
pengusaha hotel yang disebut Menteri Emil akan bergabung itu.
Laporannya:
Jika dikatakan bersedia, memang Menteri benar. Bukan cuma 6,
melainkan 8 hotel di sekitar Sanur yang mau di-merger dalam Bali
National Hotel Association (BNHA). Sudah sejak lama mereka mau.
Tapi mereka tak yakin merger akan terlaksana dalam waktu dekat
ini.
Hambatannya terletak pada soal penilaian. Bank Indonesia sudah
menunjuk PT Insal Utama untuk menilai hotel masing-masing. Empat
di antaranya dinilai punya kekayaan lebih besar dari hutang pada
bank. Dua lagi dinilai hutangnya sama dengan kekayaan. Maka
keenam itu dipandang boleh untuk merger. Sedang sisa dua lainnya
(Mars Bungalow dan hotel Respati) ditolak, bahkan akan
di-PUPN-kan karena hutangnya melebihi kekayaan.
Meigincer Australia
Para pemilik menganggap PT Insal Utama menilai kekayaan mereka
terlalu rendah. Karena tak puas, mereka bahkan sudah pergi
mengadu ke Jakarta selama 21 hari mulai 18 Januari. Mereka
didengar oleh staf direksi Bank Indonesia, Menlu Adam Malik
("yang mengerti sepenuhnya keadaan kami", kata mereka), Menteri
Emil Salim dan paling akhir oleh Komisi V DPR.
"Sebelum ada kesesuaian mengenai nilai hotel selama itu pula
merger tetap jadi impian", kata Ny. Nuke Yahya dari Caebo yang
memimpin rombongan ke Jakarta. Sementara bermimpi, bunga bank
semakin besar dan meningkat pula hutang. Biaya lain seperti
listrik tak terbayar. Tamu pun sepi.
Ny. Nuke, direktris Gazebo merangkap ketua BNHA, pernah minta
agar bank menghentikan suku-bunga selama belum ada jalan keluar.
Ternyata bunga serta denda jalan terus. "Sampai saya takut
melihat neraca", katanya.
Jika keenam anggota BNHA itu akhirnya bergabung, maka akan
terkumpul 161 kamar. Ini akan memungkinkan mereka untuk menerima
paket turis dari luar negeri. Mereka terutama mengincer paket
dari Australia. Kebetulan turis Australia senang pada hotel
kecil, sekalipun banyak pula di antara mereka memilih home stay,
tinggal di rumah rakyat Kuta.
Tahun 1976 wisatawan Australia ke Bali berjumlah 29.644,
terbilang terbesar, disusul Jepang (26.749). Pemilik Peneda, S.
Yahya, merasa yakin home stay itu bisa dilawan bila merger
terjadi. "Turis Australia selagi masih di negerinya bisa diminta
supaya menentukan di hotel mana menginap di Bali," kata Yahya.
Buat sementara, menurut para anggota BNHA umumnya, inilah
gerangan yang disebut Menteri Emil kerjasama dengan Mac
Robertson Muller Airline Service.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo