Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Jaringan Anyar Bandara Batam

Konsorsium Angkasa Pura I, Incheon, dan Wijaya Karya akan melebarkan skala bisnis Bandara Internasional Hang Nadim Batam.  

19 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – PT Bandara Internasional Batam (BIB) akan melebarkan skala bisnis Bandara Internasional Hang Nadim yang baru saja diambil alih dari Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) pada 1 Juli 2022. Direktur Utama PT BIB, Pikri Ilham Kurniansyah, mengatakan kapasitas penumpang di bandara tersebut akan dinaikkan dari 6 juta menjadi 10 juta orang per tahun. Penguatan bisnis itu pun mencakup sektor kargo.

“Paradigma single airport akan kami ubah menjadi ekosistem,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.

Lahir sebagai perusahaan kongsi antara PT Angkasa Pura I (Persero), Incheon International Airport Corporation, dan PT Wijaya Karya Tbk (Persero), BIB akan menggarap bisnis Bandara Hang Nadim dengan durasi konsesi 25 tahun. Perjanjian awal swakelola itu disepakati oleh konsorsium dan BP Batam pada Juli tahun lalu, tak lama setelah lelang selesai. Adapun kerja sama pengelolaan dikukuhkan pada 21 Desember 2021.  

Pada tahap awal, kata Pikri, PT BIB sudah menginvestasikan dana sebesar Rp 2,4 triliun untuk merenovasi dan memperluas terminal penumpang lama yang sebelum masa pandemi Covid-19 bisa dilalui sekitar 1.400 penumpang per hari. Volume penumpang pun akan digenjot dengan pembangunan terminal penumpang kedua pada tahun depan. “Fasilitas yang sudah selesai dibangun adalah gedung kargo dengan investasi berkisar Rp 120 miliar,” tuturnya.

Pusat E-Commerce

Pikri, yang pernah menjadi Direktur Niaga PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, mengatakan PT BIB berniat membangun gedung kargo khusus untuk inventori dan distribusi barang toko daring alias e-commerce di Bandara Hang Nadim. BIB menargetkan dapat melayani lalu lintas 50-100 ton distribusi barang e-commerce setiap hari mulai 2023.

“Pusat e-commerce akan dibangun dengan investasi yang kurang-lebih sama dengan gedung kargo sebelumnya,” ucap dia. Menurut Pikri, barang-barang e-commerce yang akan diekspor juga bisa disimpan di Batam.

Kawasan Bandara Internasional Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau. Hangnadim.bpbatam.go.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Keberadaan Incheon dalam konsorsium dimanfaatkan sebagai alat untuk menjaring pasar global. Grup pengelola bandara asal Korea Selatan itu sudah berbisnis lintas benua dengan melayani 71 juta penumpang, 2,76 juta kargo, dan memiliki koneksi di 52 negara tujuan. Grup Incheon memegang 30 persen saham PT BIB, PT Angkasa Pura I (Persero) 51 persen, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 19 persen. Salah satu wakil Incheon adalah Doosun Choi yang menjabat Direktur Pemasaran PT BIB.

Rute internasional Bandara Hang Nadim yang sebelumnya hanya terbuka ke Malaysia juga mulai dikembangkan ke berbagai wilayah, salah satunya Asia Timur. Bandara ini pun akan dijadikan lokasi embarkasi haji dan umrah mulai 24 Agustus 2022.  

Dengan modal enam lapangan golf, Pikri meneruskan, Batam bisa dijadikan pusat pelatihan golf untuk menarik pengunjung dari Jepang, Cina, dan Korea. “Saat musim dingin, pelajar golf dari negara-negara itu bisa kita fasilitasi di Batam. Pensiunan dari sana pun berminat ke Indonesia untuk long stay,” ia mengungkapkan.

Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi, sebelumnya menyebutkan swakelola bandara tersebut merupakan salah satu potensi pendapatan baru bagi perseroan. Di luar Hang Nadim, operator bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia ini sudah mengelola 15 bandara domestik yang dimanfaatkan lebih dari 83 juta penumpang per tahun. “Ini batu loncatan besar kami,” katanya.   

Ditinggal Perusahaan E-Commerce

Adapun konsultan dan pengamat penerbangan dari CommunicAvia, Gerry Soejatman, mengatakan pengalaman Incheon mengelola bandara bisa dioptimalkan untuk menjalankan bisnis kargo Hang Nadim. “Rekam jejaknya bagus karena berhasil mengalahkan kompetitor utama mereka, yaitu Bandara Narita di Tokyo.”

Pada 2003-2019, kata Gerry, tren volume kargo Bandara Narita tak jauh dari 2 juta ton per tahun. Sedangkan tren kargo Incheon terus tumbuh, dari 1,8 juta ton per tahun menjadi 2,76 juta ton pada 2019. Sementara itu, tren kargo Bandara Changi di Singapura saat ini pun macet di angka 2 juta ton pada 2019. “Incheon bisa membawa pertumbuhan ke Hang Nadim dan mengambil pangsa pasar besar untuk cargo transhipment,” kata Gerry. 

Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia, Alvin Lie, belum bisa memperkirakan arah pengembangan Bandara Hang Nadim untuk jangka panjang. Menurut dia, manajemen BIB harus berfokus pada segmen yang paling potensial. “Arah rancangannya harus jelas, mau melanjutkan sebagai pusat perdagangan atau aspek lain?” ucapnya.  

Pendiri Paxel yang juga anggota Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita, pesimistis soal pengembangan Bandara Hang Nadim sebagai pusat e-commerce. Kemudahan pajak untuk kargo di Batam, kata dia, tak banyak membantu distribusi jasa pengiriman barang kilat. “Batam sudah lama ditinggalkan pemain e-commerce. Impor e-commerce pun biasanya masuk lewat Bandara Soekarno-Hatta, baru menyebar lewat darat ke Jawa dan Sumatera.”

YOHANES PASKALIS | EKA YUDHA SAPUTRA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus