Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA - Para pengembang perumahan mulai melirik konsep hunian hijau atau ramah lingkungan sebagai tren pembangunan pasca-pandemi Covid-19. Wakil Ketua Umum Realestat Indonesia, Hari Ganie, mengatakan konsep itu menjadi pilihan lantaran tuntutan perubahan pola hidup masyarakat setelah pagebluk.
"Sebelum pandemi, tren hunian hijau murni idealisme pengembang, dan hanya pengembang premium yang menawarkan konsep itu. Setelah pandemi, hunian hijau bukan hanya dari pengembang, tapi juga tuntutan gaya hidup masyarakat," ujar Hari kepada Tempo, kemarin.
Ia melihat konsumen saat ini cenderung beralih ke pola hidup sehat, bersih, dan hijau. Karena itu, para pengembang properti mesti mengadopsi konsep tersebut dalam desain rumah ataupun lingkungannya. Desain hunian yang cocok untuk kondisi pandemi, menurut Hari, adalah rumah dengan sirkulasi udara yang baik dan ada lahan bercocok tanam. Konsep hijau juga dituntut diterapkan pada level lingkungan perumahan.
"Pengembang harus menyiapkan ruang terbuka hijau yang lebih niat dan fungsional karena sekarang pola hidup berbeda," ujar Hari.
Dengan adanya pola bekerja dari mana saja alias work from anywhere, masyarakat kerap menginginkan fasilitas untuk menghilangkan kebosanan di sekitar rumahnya. Hal tersebut dapat diakomodasi dengan menyediakan fasilitas hijau berupaya taman yang bisa dipakai bersantai, berolahraga, bahkan bekerja.
"Pengembang yang menerapkan konsep hunian hijau sekarang bukan hanya pengembang besar, tapi juga menengah-bawah dengan caranya sendiri," ujar Hari.
Perumahan Murah juga Bisa Ramah Lingkungan
Para pengembang perumahan bahkan sudah ada yang mengajukan sertifikasi hijau kepada Green Building Council Indonesia (GBCI) ataupun International Finance Corporation (IFC). Salah satu contoh perumahan yang sudah tersertifikasi Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE), tutur dia, adalah perumahan yang dikembangkan Grup Ciputra di daerah Maja, Kabupaten Lebak, Banten. Hari mengatakan perumahan itu sudah tersertifikasi hijau meskipun masuk kategori rumah murah atau di bawah Rp 500 juta.
"Ternyata konsep hijau dari lembaga sertifikasi bisa dilakukan juga untuk rumah murah. Yang penting adalah penghematan energi, air, limbah, sampah, dan listrik," ujar Hari. Rumah dengan konsep hijau, menurut dia, memang menuntut biaya tambahan sekitar 10-20 persen pada tahap pembangunan. Namun rumah itu akan lebih murah pada tahap perawatan atau untuk jangka panjang.
Hari mengatakan hampir semua pengembang besar telah menjadikan konsep hijau sebagai standar. Beberapa kawasan yang mengadopsi konsep ini, misalnya, Serpong, yang dikembangkan beberapa pengembang, antara lain Bumi Serpong Damai, Alam Sutera, Summarecon, dan Paramount. Bukan hanya pengembangan rumah, konsep hijau juga diterapkan pada gedung perkantoran di sana.
Di samping Serpong, kawasan lain yang juga tengah berkembang adalah Cibubur. Kawasan tersebut berkembang karena adanya akses jalan tol baru. "Itu tersedia untuk semua segmen, dari kelas bawah sampai atas. Yang paling dekat jalan tol adalah segmen atas, yang antara lain dikembangkan Ciputra dan Metland," ujar Hari.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo