Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manggi Habir
*) Kontributor Tempo
LEMAHNYA pemulihan ekonomi Amerika Serikat membawa angin segar bagi beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah. Tapi sifatnya hanya sementara, karena Federal Reserve (bank sentral Amerika) menunda rencana kenaikan suku bunga ke Desember nanti.
Situasi ini membuat Bank Indonesia lebih yakin untuk menurunkan acuan bunga reverse repo mingguan sebesar 25 basis point beberapa pekan lalu. Rupiah pun cukup stabil di tingkat 13.100 per dolar Amerika. Pada saat bersamaan, rupiah terbantu oleh aliran dana repatriasi dari hasil program amnesti pajak, meskipun jumlahnya masih di bawah target.
Rapuhnya pemulihan ekonomi Amerika terasa pula pada perekonomian kita. Asumsi ekonomi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 memberi sinyal lesunya pertumbuhan akan berlanjut ke tahun depan, walau dengan sedikit perbaikan. Dan, karena anggaran perusahaan sering berpatok pada anggaran negara, kelesuan ini akan cukup berdampak pada dunia usaha.
Dengan konsolidasi, perampingan bisnis, dan peningkatan efisiensi yang sudah berjalan sepanjang beberapa tahun belakangan ini, dunia usaha mungkin akan lebih siap menghadapi outlook yang mendung. Tapi lambat-laun margin atau tingkat keuntungan yang terus menipis dan pendapatan yang tidak berkembang akan menghambat investasi dan rencana ekspansi. Padahal dua hal itu sangat diperlukan agar usaha mampu bersaing dan tumbuh, dan agar tenaga kerja baru dapat diserap.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, tak lama setelah pengangkatannya, bergerak agar defisit anggaran ditahan di bawah batas 3 persen per produk domestik bruto. Ia memangkas belanja negara untuk sisa tahun ini, termasuk merampingkan rencana anggaran tahun depan. Target pertumbuhan 2017, yang baru diumumkan Presiden Joko Widodo sebulan lalu di tingkat 5,3 persen, diturunkan ke level 5,1 persen. Angka itu tak banyak naik dibanding perkiraan pertumbuhan tahun ini, yaitu 4,9-5,0 persen. Maka dunia usaha harus berhati-hati dalam menentukan kenaikan target pendapatan dan tingkat keuntungan tahun depan.
Asumsi rupiah dalam RAPBN 2017 dipatok lebih lemah di tingkat 13.300 per dolar. Ini menandakan niat pemerintah menjaga nilai kurs agar ekspor kita tetap bersaing di pasar dunia, sekaligus menjaga agar impor tak terlalu murah. Dengan begitu, defisit transaksi berjalan yang sempat melebar di atas 2 persen dari PDB saat ini bisa terkontrol. Rupiah yang stabil amat penting bagi dunia usaha, karena banyaknya bahan baku industri dan kebutuhan makanan yang diimpor. Harga komoditas ekspor sudah terlihat membaik, walau volume permintaannya masih lemah untuk dijadikan andalan pertumbuhan.
Inflasi diproyeksikan sama dengan tahun ini, di tingkat 4 persen. Bagian personalia dunia usaha selalu terpaku pada statistik ini karena inflasi menentukan porsi kenaikan upah agar kenaikan harga barang dan jasa pokok setidaknya tertutup. Sisa porsi kenaikan upah biasanya mencerminkan kinerja tiap karyawan. Dan, untuk tahun depan, kenaikan upah secara keseluruhan tak bisa banyak diharapkan.
Inflasi yang rendah juga penting untuk menurunkan tingkat suku bunga. Tapi turunnya suku bunga saja tak cukup untuk mengembangkan tingkat konsumsi dan meningkatkan volume pinjaman perbankan. Selain bunga rendah, realisasi investasi memerlukan kepercayaan dunia usaha bahwa pertumbuhan ekonomi ke depan akan pulih dan ada perbaikan lingkungan bisnis.
Memang sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, misalnya dengan berbagai paket kebijakan. Pemerintah juga sudah lebih baik dalam membelanjakan anggaran dengan memprioritaskan pembangunan infrastruktur agar hambatan angkutan barang dan jasa dapat diatasi. Namun ada masalah tingginya biaya ketenagakerjaan yang tak mudah diselesaikan.
KURS | |
Pekan lalu | 12.952 |
Rp per US$ | 12.992 |
Penutupan 6 Oktober 2016 |
IHSG | |
Pekan lalu | 5.431 |
5.409 | |
Penutupan 29 September 2016 |
INFLASI | |
Bulan sebelumnya | 2,79% |
3,07% | |
September 2016 YoY |
BI 7-DAY REPO RATE | |
5,00% | |
22 September 2016 |
CADANGAN DEVISA | |
31 Juli 2016 | US$ miliar 111,409 |
Miliar US$ | 113,538 |
31 Agustus 2016 |
PERTUMBUHAN PDB | |
2015 | 4,73% |
5,3% | |
Target 2016 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo