Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Adaro mengklaim sudah mengantongi komitmen pembiayaan untuk membangun smelter aluminium.
Banyak bank dikabarkan tak terlibat lagi dengan Adaro lantaran menghentikan pendanaan bisnis batu bara.
Smelter milik Adaro ini rencananya bisa mengolah 1,5 juta ton bijih bauksit per tahun.
JAKARTA — PT Adaro Energy Indonesia Tbk menepis kabar ihwal kesulitan mencari investor untuk pembangunan smelter aluminium mereka. Perusahaan optimistis proyek tersebut berlanjut sesuai dengan rencana.
Head of Corporate Communication Adaro, Febriati Nadira, mengklaim perusahaan sudah mengantongi komitmen pembiayaan dari sejumlah bank. "Saat ini sedang dalam tahap final untuk financial closure," ujarnya kepada Tempo, kemarin. Proses tersebut rencananya rampung pada semester pertama tahun ini.
Adaro melalui anak usahanya, yaitu PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), membutuhkan dana US$ 2 miliar untuk mendirikan smelter aluminium serta fasilitas penunjangnya di Kalimantan Utara. Dalam konferensi pers pada September 2022, perusahaan menargetkan 30-40 persen pembiayaan berasal dari ekuitas. Sedangkan 60-70 persen lainnya dipenuhi dari utang ke perbankan.
Melansir Financial Times, sejumlah bank global yang pernah bekerja sama dengan Adaro menyatakan tak terlibat dalam proyek tersebut. DBS Singapura serta Standard Chartered United Kingdom termasuk yang tidak ikut berpartisipasi. Adaro juga dikabarkan bergerilya ke bank-bank Eropa, seperti BNP Paribas, ING, dan Commerzbank.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo