Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Aplikasi Pencari Kerja Ungkap Alasan Hampir 10 juta Gen Z Menganggur

BPS menyebutkan 9,89 juta penduduk berusia 15-24 tahun yang dikenal sebagai Gen Z masuk dalam golongan Not Employment, Education, or Training (NEET)

4 Juni 2024 | 18.02 WIB

Sales Director Indonesia Jobstreet by SEEK, Wisnu Dharmawan dalam peluncurkan laporan terbaru berjudul "Decoding Global Talent 2024: Mobility Trends". Di kantor Jobstreet by SEEK, Jakarta. Selasa, 06 Juni 2024. TEMPO/Firly
Perbesar
Sales Director Indonesia Jobstreet by SEEK, Wisnu Dharmawan dalam peluncurkan laporan terbaru berjudul "Decoding Global Talent 2024: Mobility Trends". Di kantor Jobstreet by SEEK, Jakarta. Selasa, 06 Juni 2024. TEMPO/Firly

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik menyebut 9,89 juta penduduk berusia 15-24 tahun yang dikenal sebagai Gen Z masuk dalam golongan Not Employment, Education, or Training (NEET) alias menganggur. Menurut Sales Director Indonesia Jobstreet by SEEK, Wisnu Dharmawan, sebetulnya peluang dalam pekerjaan antara kandidat dan pemberi kerja itu banyak. Namun, seringkali kualifikasi antara kandidat dan pemberi pekerjaan itu tidak sesuai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Jobstreet by Seek hadir untuk memberikan better match (kecocokan), matching (kecocokan) yang lebih baik antara job opportunity yang ada dengan kandidat yang ada," ujar Wisnu saat membeberkan laporan terbaru Decoding Global Talent 2024: Mobility Trends di kantor Jobstreet by SEEK Indonesia, Jakarta, Selasa, 4 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wisnu menyarankan agar Gen Z memanfaatkan peluang-peluang dari aplikasi lowongan kerja tersebut. “Ratusan ribu pekerjaan yang tersedia melalui platform Jobstreet by Seek itu yang bisa dimanfaatkan para gen Z untuk mendapatkan pekerjaan,” ungkap Wisnu.

Jika pemanfaatan peluang pekerjaan tersebut bisa dioptimalkan, menurut Wisnu, tentunya dari pihak pemberi kerja pun akan mudah mendapatkan kandidat yang sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan.

Wisnu menegaskan dari hampir 10 juta Gen Z yang menganggur, bukan kemampuannya tidak dibutuhkan perusahaan, melainkan mereka tidak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka. “Kurang match (cocok) itu artinya tidak ketemu, mereka nyari di sini (pekerjaan) padahal perusahaan juga mencari (kandidat pelamar kerja) di tempat lain dan enggak ketemu,” ujar Wisnu.

Dia menyarankan para pelamar kerja yang menggunakan aplikasi lowongan kerja untuk menuliskan semua latar belakang dan pengalaman yang mereka punya dengan sesuai. Tujuannya, agar semua data terdeteksi AI pada aplikasi tersebut, sehingga memperbesar peluang mendapatkan pekerjaan. “Jadi di situ memang harus ada kualifikasi atau experience (pengalaman). Jangan lupa untuk dituliskan pada profil atau CV,” kata Wisnu.

Wisnu menegaskan pentingnya menulis kemampuan yang kandidat pencari kerja kuasai. Sembari tertawa ringan, Wisnu mengingatkan agar pelamar tidak mengarang atau berbohong dalam menuliskan pengalaman dan kemampuannya.

MOCHAMAD FIRLY FAJRIAN (MAGANG)

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus