Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pelaku bisnis perkantoran melakukan berbagai penyesuaian untuk mengikuti kebutuhan pasar.
Preferensi calon penyewa ataupun pembeli properti komersial berubah akibat pandemi Covid-19.
Muncul tren baru gedung-gedung yang diminati konsumen.
JAKARTA – Pelaku bisnis properti di sektor perkantoran melakukan sejumlah penyesuaian, mengikuti kebutuhan pasar pada masa pandemi Covid-19. Head of Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengungkapkan terdapat perubahan preferensi konsumen dalam bisnis penyewaan dan penjualan properti komersial. Hal itu diakibatkan pergeseran pola kerja dari sepenuhnya bekerja di kantor menjadi hibrida dengan pola bekerja di rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Efisiensi biaya untuk menghemat pengeluaran perusahaan dilakukan dengan beberapa cara, seperti pengurangan luas ruang kantor atau memilih properti yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. “Tren penyewaan dan bisnis serviced office yang sudah menawarkan seluruh fasilitas kantor akan menarik ke depan, karena bisa mengakomodasi kebutuhan perusahaan tanpa harus memikirkan investasi di ruang kantor. Jangka waktu sewa juga bisa lebih fleksibel,” ujar Ferry, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mencontohkan, sebelum masa pandemi, konsep green building dengan ruang terbuka cukup banyak diminati oleh perusahaan multinasional, meski perusahaan harus mengeluarkan biaya yang relatif lebih mahal. “Tapi, dengan adanya budget concern sekarang ini, konsep-konsep seperti itu tidak lagi terlalu dilihat. Pertimbangannya sekarang adalah bagaimana dana yang ada bisa masuk dengan ruang kantor yang mereka sewa,” ucapnya.
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung di Priok, Jakarta, 29 Juni 2021. TEMPO/Tony Hartawan
Faktor berikutnya yang menjadi preferensi dalam pemilihan lokasi perkantoran adalah tingkat aksesibilitas terhadap fasilitas umum dan transportasi publik. “Misalnya kantor dengan lokasi yang dekat dengan sarana transportasi, seperti MRT (mass rapid transit) dan LRT (light rail transit), akan menjadi nilai tambah,” kata Ferry. Terakhir adalah soal kapasitas pengembang dan pengelola gedung perkantoran dalam menerapkan protokol kesehatan selama masa pandemi. “Supaya menjamin perusahaan tenang berkantor di sana, sehingga kantor-kantor seperti ini yang akan banyak dijadikan target penyewaan ke depan.”
Berdasarkan riset yang dilakukan Colliers, tingkat hunian atau okupansi bisnis properti perkantoran sejak 2020 hingga kuartal III 2021 terus menurun. Rata-rata tingkat hunian di kawasan pusat bisnis (CBD) pada kuartal III 2021 sebesar 78,7 persen, turun 0,5 persen dibanding pada kuartal sebelumnya. Sedangkan tingkat hunian di luar kawasan CBD turun 0,6 persen menjadi 77,8 persen.
Rerata Tingkat Hunian Perkantoran dan Retail Jabodetabek
Sementara itu, konsultan properti Savills Indonesia mencatat perusahaan e-commerce dan teknologi besar terus mendorong permintaan ruang perkantoran di kawasan CBD Jakarta. Direktur Riset dan Konsultansi Savills Indonesia, Anton Sitorus, mengatakan beberapa dari perusahaan tersebut pun memilih lokasi di gedung-gedung perkantoran baru yang menonjol di Ibu Kota. “Penyewa utama di bidang perbankan, minyak dan gas, serta barang konsumsi dan perdagangan juga aktif mencari kesempatan penawaran di gedung baru dengan fasilitas yang lebih baik untuk kebutuhan ekspansi serta relokasi ke depan,” ucapnya.
Salah satu pelaku bisnis pengelola gedung perkantoran, Premium Property Management, optimistis bisnis sektor ini masih akan potensial tak hanya di Jakarta, tapi juga meluas ke kota-kota besar lain di Indonesia. Presiden Direktur Premium Property Management, Dance Aquarianto, menuturkan penyebaran pembangunan gedung perkantoran di antaranya mencakup wilayah Bandung, Semarang, Makassar, dan Medan. “Namun, memang terutama karena pandemi, sekarang hanya sedikit pemain pengelolaan gedung yang mampu bertahan akibat kendala beban biaya yang semakin lama semakin besar,” ujarnya.
Efisiensi menjadi strategi yang dipilih Premium Property, disertai dengan upaya terobosan, seperti pengembangan teknologi digitalisasi dalam pengelolaan gedung. Saat ini Premium Property mengelola sekitar 30 gedung komersial. “Kami berinovasi supaya biaya juga hemat, misalnya dengan aplikasi manajemen gedung untuk perencanaan dan pelaksanaan layanan operasional gedung.”
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo