Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
ASDP memperluas penggunaan sistem tiket elektronik di semua pelabuhan penyeberangan.
Tiket elektronik dapat mengendalikan volume penumpang dan mencegah kebocoran.
Pengusaha penyeberangan menyarankan sistem konvensional di pelabuhan kecil.
JAKARTA – PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) atau ASDP memastikan digitalisasi sistem tiket pelabuhan penyeberangan terus digenjot hingga tahun depan. Sekretaris Perusahaan PT ASDP Indonesia, Shelvy Arifin, mengatakan elektronifikasi tiket sudah menjangkau 19 pelabuhan. “Sejak 2020, kami sudah menggelontorkan investasi sekitar Rp 129 miliar untuk digitalisasi tiket,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Menurut dia, layanan penuh yang terintegrasi dengan Ferizy—aplikasi pembayaran tiket kapal feri—baru tersedia di empat pelabuhan terpadat, yaitu Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk. Selanjutnya, sistem serupa akan dikembangkan bertahap di 15 pelabuhan lain, yakni Penajam, Telaga Punggur, Tanjung Uban, Bolok, Larantuka, Rote, Kalabahi, Aimere, Waingapu, Sape, Labuan Bajo, Bitung, Bastiong, Rum, dan Sidangole.
Hingga akhir 2021, masih ada empat pelabuhan yang masuk daftar program e-ticketing, yaitu Batulicin, Tanjung Serdang, Bajoe, serta Kolaka. “Semua metode pembayaran manual dijadikan non-tunai, baik lewat akun virtual, kartu, maupun dompet elektronik,” kata Shelvy.
Direktur Utama ASDP, Ira Puspadewi, berniat menghapus penggunaan uang tunai di loket pelabuhan penyeberangan secara menyeluruh. Kepada Tempo, dia menceritakan rumitnya tata kelola transaksi yang serba konvensional. Pada Lebaran 2012, Ira mencontohkan, terdapat Rp 5-8 miliar uang kertas yang beredar di Pelabuhan Merak setiap hari. “Karena masih tunai, uang sampai tercecer di lantai loket,” tuturnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo