Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Astra Kian Agresif di Bisnis Digital

Investasi di bisnis digital bakal berlangsung dalam jangka panjang.

23 April 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Astra International menanamkan dana di Halodoc dan Sayurbox.

  • Pendanaan start-up menjadi bentuk modernisasi bisnis Astra International.

  • Ekspansi Astra ke bisnis digital bersifat jangka panjang.

JAKARTA PT Astra International Tbk kian agresif merambah bisnis digital. Setelah menyuntik dana US$ 250 juta ke Gojek, emiten Bursa Efek Indonesia dengan kode ASII ini menanamkan dana US$ 40 juta pada Halodoc dan Sayurbox.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam laporan keuangan yang diterbitkan pada 21 April lalu, Astra menanamkan dana US$ 35 juta pada Halodoc dan US$ 5 juta untuk Sayurbox pada Maret dan April 2021. Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto, mengatakan investasi ini menjadi bagian dari inisiatif transformasi digital yang dijalankan dalam beberapa tahun terakhir. "Ini menjadi modernisasi yang kami lakukan, upaya untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan,” kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayurbox adalah platform e-commerce grosir dari farm-to-table dan distributor barang segar. Sedangkan Halodoc adalah platform kesehatan atau healthtech. Astra menjadi investor utama dalam putaran pendanaan kedua start-up tersebut.

Suntikan modal ini menambah daftar portofolio Astra di bisnis digital. Sejak tiga tahun lalu, raksasa bisnis manufaktur ini terus melebarkan sayapnya di bisnis digital secara organik dan anorganik. Melalui PT Astra Digital Internasional, ASII membangun beberapa platform digital, seperti Seva.id (jual-beli kendaraan), MOXA (penyedia produk jasa keuangan terintegrasi), Maucash (bisnis teknologi finansial), Sejalan, dan Cari Parkir.

Untuk skema anorganik, suntikan modal paling signifikan diberikan kepada Gojek. Sedangkan pendanaan untuk Halodoc termasuk dalam putaran Seri C dengan total nilai US$ 80 juta. Investasi di bisnis digital ini terjadi di tengah kondisi sulit ketika hampir semua bisnis inti Astra International lesu akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan keuangan triwulan I, ASII mencetak pendapatan bersih konsolidasi Rp 51,7 triliun sepanjang triwulan pertama 2021. Nilainya menurun 4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Laba bersih ASII juga menyusut 22 persen menjadi Rp 3,7 triliun pada triwulan pertama tahun ini. Djony berujar bahwa ekspansi ke bisnis digital ini bersifat jangka panjang. "Investasi yang kami lakukan tidak untuk jangka pendek, sehingga belum dapat menopang pendapatan seluruh grup usaha," kata dia.

Dengan pendanaan dari Astra, Halodoc telah mengumpulkan US$ 80 juta. Pendanaan kali ini merupakan putaran terbesar ketiga untuk Halodoc sejak 2016. Chief Executive Officer Halodoc, Jonathan Sudharta, mengatakan dana yang terkumpul akan digunakan untuk memperbesar pangsa pasar dalam bisnis teknologi kesehatan. "Saat ini kami telah menyediakan layanan perawatan kesehatan dengan lebih dari 20 juta pengguna setiap bulan,” kata dia.

Head of Investment PT Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe, menilai langkah yang diambil Astra  sudah tepat karena perusahaan yang bermain di sektor manufaktur sudah seharusnya mencari bisnis baru agar tidak tertinggal. Menurut dia, aksi korporasi dengan penyuntikan pendanaan pada start-up lewat putaran lanjutan dianggap lebih aman karena risikonya relatif kecil.

"Masuk dalam bisnis setengah jalan ini risikonya sudah berkurang. Kalau mulai dari awal, risikonya sudah terlalu besar. Sementara kalau masuk pada perusahaan yang besar semua, mereka sudah semakin sulit disaingi," ujar Kiswoyo.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai langkah Astra International terbilang terlambat karena valuasi dua perusahaan digital tersebut sudah lebih mahal. Menurut dia, ketimbang masuk ke sektor lain, sebaiknya pengembangan dilakukan ke sektor yang jadi bisnis inti yang ditansformasikan ke format digital. "Termasuk kolaborasi dengan start-up lain yang dapat memanfaatkan core business Astra. Tapi kalau sudah berinvestasi ke start-up, harap bersabar untuk tidak mendapat imbal hasil dalam waktu cepat," kata Heru.

LARISSA HUDA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus