Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Angkasa Pura I Bidik Peluang dari MotoGP  

Angkasa Pura I berpeluang mengail untung dari operasi non-penerbangan dalam pergelaran MotoGP di Mandalika. Mengoptimalkan hotel hingga area retail.

7 Januari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Angkasa Pura I menyiapkan layanan pendukung agenda MotoGP di Mandalika.

  • Landasan Bandara Lombok diperpanjang, terminal penumpang diperluas.

  • Angkasa Pura I memperkirakan volume penerbangan jarak pendek akan meningkat.

JAKARTA — PT Angkasa Pura I (Persero) menyiapkan berbagai aspek pendukung kegiatan MotoGP di Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Vice President Corporate Secretary Angkasa Pura I, Handy Heryudhitiawan, mengatakan event olahraga internasional yang digelar pada 18-20 Maret itu bisa menjadi pendongkrak bisnis aviasi. “Kami akan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata NTB dan usaha kecil-menengah untuk mengoptimalkan layanan,” kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Handy juga mengatakan MotoGP bisa mendorong bisnis retail dan logistik di bandara. “Kami punya Angkasa Pura Support yang menyiapkan layanan berskala internasional. Bukan hanya di airport, tapi juga seluruh Mandalika,” kata dia. Anak usaha Angkasa Pura I itu menyediakan jasa penyokong bandara serta properti komersial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ajang MotoGP diperkirakan menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksikan area Mandalika dipadati lebih dari 100 ribu pengunjung. Sejak kemarin, tiket MotoGP seri Indonesia mulai dijual. Harganya Rp 115 ribu sampai Rp 10 juta untuk kelas royal box atau deluxe. Manajemen Sirkuit Mandalika menyiapkan 50 ribu kursi penonton. Tapi daya tampung tribun untuk penonton yang berdiri mencapai 138 ribu orang.

Sebelum World Superbike—ajang pemanasan MotoGP yang rampung pada akhir 2021—digelar, Angkasa Pura I sudah menaikkan kapasitas Bandara Lombok dua kali lipat. Bandara itu kini bisa menampung 7 juta penumpang.

Selain memperluas terminal penumpang dari 24 ribu meter persegi menjadi 45 ribu meter persegi, apron Bandara Lombok kini bisa menampung 16 pesawat, termasuk pesawat berbadan lebar, seperti Boeing-777. Menurut Handy, landasan bandara sudah diperpanjang hingga 3.300 meter. “Menjadi runway terpanjang nomor lima di Indonesia,” katanya.

Penumpang menuju pesawat di Bandara Internasional Lombok, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, 4 Desember 2021. TEMPO/Nita Dian

General Manager Bandara Lombok, Nugroho Jati, mengatakan, karena keterbatasan kapasitas hotel dan sarana akomodasi, tak semua pengunjung bisa menginap di Mandalika selama perhelatan MotoGP. Akibatnya, volume penerbangan jarak dekat akan meningkat. “Kami siapkan one day trip dalam segitiga DPS-LOP-SUB (Denpasar-Lombok-Surabaya).”

Angkasa Pura I, kata Nugroho, berkoordinasi dengan maskapai penerbangan memastikan ketersediaan slot dan rotasi pesawat yang melayani rute padat dalam kegiatan MotoGP di Mandalika. Sementara maskapai menambah jadwal dan armada, operator bandara pun bakal menambah tenaga penunjang penerbangan.

Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura I, Devy Suradji, mengatakan pergerakan arus penumpang di sela-sela event MotoGP bisa mendorong bisnis non-penerbangan. Selain menjadi persinggahan pesawat, Bandara Lombok akan dibuka sebagai pusat komersial dan atraksi seni. “Angkasa Pura Hotel juga bisa mengembangkan potensinya, saat MotoGP dan setelahnya, agar Lombok menjadi daya tarik pariwisata sepanjang tahun.”

Angkasa Pura I, yang mengoperasikan bandara di kawasan Indonesia tengah dan timur, sedang menggenjot kinerja non-penerbangan. Pendapatan non-penerbangan ditargetkan mencapai Rp 1,65 triliun hingga akhir 2021, lebih tinggi dibanding pendapatan dari operasi penerbangan sebesar Rp 1,27 triliun.

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, mengatakan Angkasa Pura I harus memaksimalkan bisnis non-penerbangan dalam masa padat penumpang atau peak season, seperti hari besar dan acara khusus. “Tidak ada pilihan lain, segmen non-penerbangan bisa menghasilkan uang karena penumpang masih sepi.”

YOHANES PASKALIS, FRANCISCA CHRISTY ROSANA, SUPRIYANTO KHAFID  

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus