Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Empat bank milik negara mencatatkan total laba Rp 72,05 triliun pada tahun lalu.
BRI mencetak laba terbesar, yaitu Rp 30,76 triliun.
Bank disarankan mendorong belanja modal di sektor digital.
JAKARTA — Industri perbankan menorehkan perbaikan kinerja secara signifikan sepanjang tahun. Empat bank milik negara mencatatkan total laba Rp 72,05 triliun, tumbuh 78,06 persen dibanding pada 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencetak laba terbesar, yaitu Rp 30,76 triliun, diikuti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rp 28,03 triliun, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Rp 10,89 triliun, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Rp 2,37 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan kinerja bank negara ditopang program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN); penyaluran kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); serta transformasi digital pada masa pandemi Covid-19. “Digitalisasi akan menjadi tantangan bagi bank karena investasinya tidak murah,” kata dia, kemarin.
Kantor Bank Jago di Jakarta, 15 Januari 2021. TEMPO/Subekti
Menurut Bhima, pelaku industri perbankan sebaiknya berfokus pada usaha mendorong belanja modal di sektor digital untuk menggandakan pertumbuhan pendapatan dan laba tahun ini. Dia mengatakan investasi yang dibenamkan tak hanya dikhususkan pada pengembangan aplikasi, tapi juga untuk meningkatkan keamanan siber. “Investasi sumber daya manusia dan sistem pelayanan, juga investasi di ekosistem digital yang sedang berkembang, seperti e-commerce dan fintech, untuk meningkatkan transaksi serta profitabilitas.”
Bank digital juga mulai memanen keuntungan. PT Bank Jago Tbk, misalnya, meraih laba bersih Rp 86 miliar sepanjang 2021. Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar, mengatakan capaian itu ditopang pertumbuhan kredit dan efisiensi biaya yang dilakukan, serta upaya menjaga rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL).
Bank Jago, yang berfokus pada segmen retail dan UMKM, mencatatkan penyaluran kredit Rp 5,37 triliun atau tumbuh 491 persen dari 2020. “Model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital membuat penyaluran kredit lebih relevan dan meningkat signifikan,” kata Kharim.
Bank Jago telah berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan digital, dari aplikasi ride hailing Gojek, dompet digital Gopay, hingga aplikasi reksa dana Bibit. Kharim mengatakan kolaborasi ini membuat ekspansi bisa dilakukan dengan cepat, efisien, dan dengan risiko yang terkendali. Pertumbuhan kredit yang melesat mendorong peningkatan pendapatan bunga 624 persen menjadi Rp 652 miliar, dengan margin bunga bersih 7,4 persen.
Pendapatan berbasis komisi Bank Jago mencapai Rp 56 miliar, tumbuh dua kali lipat dibanding pada 2020. Sedangkan total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 357 persen menjadi Rp 3,68 triliun. Hingga akhir tahun lalu, Bank Jago mencatatkan total aset Rp 12,31 triliun atau tumbuh 465 persen dibanding pada tahun sebelumnya.
Bank digital lain yang mulai membukukan keuntungan adalah PT Allo Bank Indonesia Tbk. Allo Bank mencetak laba Rp 196,86 miliar pada 2021, naik dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 37,01 miliar.
Pemegang saham pengendali Allo Bank, Chairul Tanjung, mengatakan tahun ini akan terus menggali dan memanfaatkan ekosistem CT Group serta investor strategis lain untuk mendorong bisnis bank digital. “Target market kami bukan hanya kelompok milenial, tapi juga semua segmen," ujar dia. Tahun ini Chairul menargetkan jumlah pengguna aplikasi Allo Bank mencapai 10 juta. "Ini dalam setahun pertama peluncuran aplikasi kami, yang disertai beragam insentif menarik,” ujarnya.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo