Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Pendapatan Prodia sepanjang tahun lalu tergerus 17,7 persen dibanding pada 2021.
Jumlah kunjungan pelanggan juga menurun 21,6 persen sepanjang 2022.
Target laba cukup menantang karena efisiensi terus berjalan di tengah penyesuaian belanja masyarakat.
JAKARTA – Industri kesehatan memasuki babak baru setelah meredanya pandemi Covid-19. Kebutuhan kesehatan terkait dengan Covid-19 kini terus turun, sehingga pelaku industri harus bersiap memasuki era normalisasi ini dengan mendorong inovasi bisnis dan layanan non-Covid-19. Hal tersebut dirasakan oleh penyedia jaringan laboratorium klinik swasta independen, PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia). Pendapatan perusahaan sepanjang tahun lalu tercatat tergerus 17,7 persen dibanding pada 2021, yaitu menjadi Rp 2,18 triliun. Adapun jumlah kunjungan pelanggan juga menurun 21,6 persen menjadi lebih dari 2,8 juta kunjungan sepanjang 2022.
Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty, menuturkan bahwa tak dapat dimungkiri pelemahan kinerja itu berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang mereda. “Pada masa pandemi, tingkat kunjungan orang ke fasilitas kesehatan, termasuk laboratorium, sangat tinggi, baik mereka yang memang terkena dampak atau menjadi suspek Covid-19 maupun mereka yang concern menjaga kesehatan dan imunitasnya,” ujarnya. Kondisi itu yang kemudian berdampak pada penurunan tingkat kunjungan dan pendapatan pada 2022, ketika pemulihan aktivitas sosial dan ekonomi telah berjalan. Bagaimana strategi Prodia untuk meningkatkan pendapatan pada 2023, berikut ini petikan wawancara Tempo dengan Dewi pada Kamis pekan lalu.
Apa yang membedakan kondisi awal masa pandemi Covid-19 dengan masa pemulihan saat ini?
Frekuensi pelanggan datang ke lab itu lebih sering. Dari biasanya setahun dua kali, pada masa pandemi itu bisa setahun 3-4 kali. Lalu terlihat beberapa tes terkait dengan imunitas itu meningkat. Untuk tes pemeriksaan Covid-19 itu, di kami sekitar 20 persen porsinya pada 2020, kemudian di 2021 menjadi 15 persen, dan 2022 sekitar 5 persen. Di kondisi new normal sekarang ini, kemungkinan perilaku pelanggan akan kembali seperti sebelum masa pandemi. Kalau dia sehat, tidak berpenyakit, kunjungan check up setahun dua kali. Kalau dia ada penyakit, bisa 3-4 kali.
Setelah penurunan kinerja pada 2022, apa evaluasi perusahaan?
Kami berstrategi untuk tetap konsisten bertumbuh. Tapi memang, kalau membandingkan dari 2022 ke 2021, kelihatannya menurun. Sebab, pada 2021, harus diingat, itu tahun vaksinasi, banyak persiapan menuju vaksinasi. Dan pasca-vaksinasi, orang mulai bepergian sehingga cek kesehatan di lab itu sangat sering. Pada 2022, seperti normalisasi pertumbuhannya, seolah-olah menurun, tapi sebetulnya karena 2021 itu sangat spesial, sehingga besar kemungkinan 2022 menjadi pijakan baru untuk pertumbuhan berikutnya. Banyak dinamika apakah perilaku ini akan benar-benar kembali ke 2019, itu belum tahu. Karena kan ada faktor lain sekarang yang mempengaruhi, seperti tingkat inflasi. Kami harus berjaga-jaga karena kami tidak ingin jatuh menurun kembali ke 2019. Kami ingin terus bertumbuh.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo