Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Waspada Sinyal Perlambatan Ekonomi

Setelah mengerek inflasi, kenaikan harga solar, Pertalite, dan Pertamax juga bakal menahan tingkat pertumbuhan ekonomi.

7 September 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, Pertalite, dan Pertamax diprediksi berdampak langsung pada kinerja perekonomian nasional. Tingkat inflasi menjadi yang pertama kali terkena imbas karena BBM merupakan salah satu komponen penyumbang inflasi terbesar dan dekat dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengatakan inflasi diprediksi bisa mencapai 6-7 persen pada akhir tahun ini, sehingga berpotensi menekan daya beli. Adapun per 31 Agustus 2022, tingkat inflasi tahunan sudah mencapai 4,69 persen. “Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM menyebabkan adanya tambahan inflasi sekitar 2,2 persen,” ujarnya, kemarin, 6 September 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dampak kenaikan harga BBM yang diikuti lonjakan inflasi berikutnya akan meluas hingga ke kinerja pertumbuhan ekonomi yang berpotensi terkontraksi. Sinyal perlambatan perekonomian, kata Josua, akan mulai terjadi pada kuartal IV 2022, sehingga pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun ini diperkirakan di kisaran 5 persen pada akhir tahun. “Dampak yang lebih signifikan berikutnya akan terlihat di pertumbuhan ekonomi 2023, yang diprediksi cenderung melambat di kisaran 4,8-4,9 persen,” ucapnya.

Ramalan senada diungkapkan oleh ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Faisal Rachman. Dia memprediksi tingkat inflasi 2022 berada di kisaran 6,27 persen dan pertumbuhan ekonomi berpotensi tergerus 0,33 poin persentase. “Inflasi terpicu, baik di putaran pertama atau first round impact, dan dampak lanjutan pada inflasi lainnya atau second round impact, seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, serta kenaikan harga barang dan jasa lainnya."

Dari tiga jenis BBM yang harganya melejit, harga Pertalite yang naik 30,72 persen dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu per liter menjadi yang dampaknya paling dikhawatirkan. Sebab, konsumsi BBM jenis Pertalite merupakan yang terbesar dalam hitungan konsumsi bensin total di Indonesia. “Pada akhirnya ini akan mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang selama ini telah menjadi motor penggerak ekonomi,” ujar Faisal.

Suasana pengisian bahan bakar di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Efek domino berikutnya, tingkat kemiskinan berpotensi melejit sebagai efek jangka panjang kenaikan harga BBM. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan tingkat kemiskinan diprediksi dapat mencapai 9,96-10 persen, di mana angka pengangguran berpotensi bertambah hingga 30 ribu jiwa. “Yang rentan miskin berpotensi jatuh miskin karena tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.”

Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pun sepakat sudah mulai merasakan dampak kenaikan harga BBM. Ubet, salah seorangpenjual makanan ringan di Jakarta Utara, mengungkapkan bahwa harga bahan baku mulai merangkak naik, tapi dia tak memiliki pilihan untuk menaikkan harga jual karena takut kehilangan pelanggan.

“Beberapa bahan baku mulai naik, seperti telur dan terigu sekitar 2.000-3.000 per kilogram. Telur biasanya Rp 30 ribu menjadi Rp 33 ribu, terigu dari Rp 8.000 menjadi Rp 10 ribu,” ujarnya.

Kalangan pelaku usaha sedari awal memang sudah ikut khawatir atas dampak kenaikan harga BBM terhadap keberlangsungan bisnis dalam negeri. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, sebelumnya menuturkan pelaku usaha berharap pemerintah dapat segera mengambil kebijakan yang tepat untuk meredam dampak kenaikan harga BBM terhadap perekonomian.

“Misalnya kenaikan tarif transportasi dan logistik itu harus seimbang. Kemudian harga pangan pokok dan gas juga harus mampu dikendalikan.”

GHOIDA RAHMAH | ERLITA NOVITANIA AWALIANDA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus