Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
GoTo menerapkan skema greenshoe untuk menjaga stabilitas harga sahamnya setelah IPO.
Penerapan skema greenshoe juga berpotensi menambah jumlah dana yang terkumpul sebesar Rp 2,3 triliun.
Harga saham GoTo bisa anjlok jika ada persepsi negatif investor.
JAKARTA – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk segera meramaikan pasar saham dalam negeri. Berkaca pada harga saham perusahaan teknologi lain yang anjlok setelah melakukan penawaran saham perdana, GoTo dikabarkan bakal memanfaatkan skema greenshoe untuk menjaga stabilitas harga sahamnya setelah penawaran perdana (initial public offering atau IPO).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Managing Director PT Indo Premier Sekuritas, Moleonoto The, menjelaskan, mekanisme ini dilakukan dengan cara penunjukan broker untuk membeli saham GoTo dengan harga berapa pun sampai maksimum setara dengan harga yang ditawarkan saat IPO. Fleksibilitas ini berlaku selama 30 hari sejak saham terdaftar di bursa. "Dana untuk program ini berasal dari saham treasury yang sudah dimiliki GoTo," tuturnya, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam rencana IPO-nya, GoTo berencana melepas 48 miliar saham baru seri A dengan harga Rp 316-346 per lembar. Perusahaan membuka kemungkinan untuk meningkatkan jumlahnya hingga 52 miliar saham. Porsinya sebesar 4,35 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah selesainya IPO.
Dari penawaran perdana tersebut, perusahaan menargetkan dapat mengumpulkan dana setidaknya Rp 15,2 triliun. Adapun dengan menerapkan skema greenshoe, perusahaan berpotensi mengumpulkan tambahan dana sebesar Rp 2,3 triliun. Untuk skema ini, GoTo menyiapkan 7,8 miliar lembar saham treasury atau setara dengan 15 persen dari total saham yang ditawarkan perusahaan di bursa.
Direktur PT Ekuator Swarna Investama, Hans Kwee, mengapresiasi upaya GoTo mencegah kinerja sahamnya anjlok. "Ini bagus supaya investor yang sudah beli tidak menderita kerugian," katanya. Sebab, dari beberapa penelitian di pasar perihal IPO, para investor cenderung berinvestasi untuk jangka pendek. Mereka melepas saham beberapa hari setelah IPO, dan dalam jangka enam bulan kemudian kerap ditemukan harganya merosot di bawah penawaran saat pertama kali melantai di bursa.
Namun Hans mengingatkan agar pelaku pasar memperhatikan variabel lain sebelum memutuskan membeli saham GoTo. Valuasi dan prospek perusahaan tetap perlu menjadi pertimbangan utama. "Kalaupun membeli tentu harus hati-hati, jangan terlalu banyak juga," katanya. Menurut dia, saham-saham perbankan yang sudah berstatus blue chip tetap lebih menarik ketimbang saham perusahaan teknologi yang menjual mimpi masa depan.
Vice President PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, menyatakan skema greenshoe memberikan keyakinan kepada investor bahwa harga saham GoTo bisa stabil. Namun opsi ini terbatas lantaran alokasinya hanya 15 persen dari total lembar saham yang dilepas saat IPO. "Bila setelah dilakukan pembelian lewat skema greenshoe tapi harga masih turun akibat persepsi negatif investor, harga bisa saja jebol," ujarnya.
Pekerja tengah membuka aplikasi belanja online Bukalapak di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Wawan mengingatkan investor yang tertarik berburu saham GoTo agar mempertimbangkan faktor risiko lainnya. Dia menyoroti kinerja keuangan perusahaan yang masih minus dan diperkirakan belum akan membukukan keuntungan dalam jangka pendek. Dampaknya, investor akan menilai pertumbuhan dan penguasaan pangsa pasar GoTo ke depan. Volatilitas harga akan sangat terpengaruh oleh persepsi investor perihal dua aspek tersebut.
Dia juga menyarankan calon investor berkaca pada pengalaman IPO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang harga sahamnya turun di bawah nilai penawaran perdananya. Wawan mengatakan investor bisa menunggu di pasar sekunder untuk memantau perkembangan atau mempersiapkan strategi cut loss dan profit taking secara disiplin.
Bukalapak sempat menarik perhatian banyak investor saat memasuki pasar saham pada 6 Agustus 2021. Pada debut pesaing Tokopedia ini di Bursa Efek Indonesia, harga sahamnya melonjak dari Rp 850 menjadi Rp 1.060 hanya dalam waktu 10 menit. Perdagangan pun dihentikan secara otomatis sesuai dengan ketentuan auto rejection atas (ARA), yang hanya mengizinkan saham dengan harga Rp 200-5.000 naik maksimal 25 persen dalam sehari.
Namun antusiasme ini tidak bertahan lama. Pada 10 Agustus 2021, BUKA mengalami auto rejection bawah (ARB) lantaran harganya anjlok 7 persen. Sejak saat itu, harga saham perusahaan e-commerce ini berada di zona merah. Grafiknya terus melandai hingga di perdagangan kemarin nilainya seharga Rp 276 per lembar saham.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, melihat tren pergerakan saham GoTo bakal berbeda dengan Bukalapak. Menurut dia, risiko saham GoTo terkena ARB cukup kecil. "Karena porsi saham yang dilempar GoTo ke pasar hanya 4,35 persen, sedangkan Bukalapak sampai 25 persen," ujarnya.
Ibrahim menduga GoTo telah mengantisipasi terulangnya kasus saham Bukalapak dengan melepas saham di harga minim. Selain itu, merek yang menaungi perseroan Gojek dan Tokopedia ini memiliki pasar yang besar serta dikenal banyak masyarakat. Keuntungan dari popularitas tersebut adalah biaya promosi yang kecil.
GoTo memulai penawaran saham awal pada 15-21 Maret 2022. Perusahaan gabungan antara Gojek dan Tokopedia ini berharap memperoleh tanggal efektif pada 25 Maret. Dengan demikian, pemesanan saham perdana dapat dilakukan pada 29-31 Maret, sedangkan pencatatan saham perdana di BEI digelar pada 4 April mendatang.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | VINDRY FLORENTIN
Baca Juga:
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo