Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Memperketat Pengawasan di Era Transformasi Digital

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan sistem pengawasan bank berbasis teknologi yang disebut OSIDA. Apa saja manfaatnya?

30 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • OJK memperkenalkan sistem pengawasan bank bernama OSIDA.

  • Sistem automasi pada OSIDA akan meningkatkan kemampuan analisis aktivitas bisnis bank dan industri keuangan.

  • Sistem OSIDA mampu mendeteksi potensi fraud, manipulasi data, serta ketidakpatuhan pada ketentuan.

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meningkatkan pengawasan bank dengan mengimplementasikan sistem OJK Suptech Integrated Data Analytics (OSIDA). Sistem ini, menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Heru Kristiyana, berguna untuk mendeteksi sinyal early warning dan mengecek kepatuhan sebagai indikasi awal kelemahan tata kelola pada bisnis bank, potensi fraud, manipulasi data, serta ketidakpatuhan pada ketentuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pemanfaatan OSIDA meningkatkan automasi proses dan kemampuan analisis terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan industri keuangan. Serta memberikan informasi yang lebih komprehensif bagi otoritas untuk dapat melakukan aksi pengawasan secara lebih dini,” ujarnya, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Heru, pengembangan sistem ini dilakukan karena transformasi digital di bidang perbankan menghasilkan data yang sangat besar. Analisis atau pengawasan terhadap data-data yang dimaksud tidak optimal apabila dilakukan secara manual sehingga membutuhkan bantuan teknologi. Dengan demikian, pendekatan dan metodologi pengawasan industri perbankan akan berbeda dengan yang dijalankan sebelumnya.

Fungsi analisis data OSIDA saat ini, Heru menjelaskan, mencakup pengolahan data pelaporan BI-Antasena, big data analytics untuk mengolah data pelaporan sistem layanan informasi jasa keuangan (SLIK), dan sistem artificial intelligence based control for incompliance and irregularity (AICII) untuk mengolah data pelaporan bank perkreditan rakyat (BPR).

“Pada implementasi tahap awal, skenario analisis OSIDA masih pada lingkup analisis per entitas bank dan industri perbankan secara luas,” kata Heru. Hasil olahan OSIDA, kata dia, sudah dapat diakses oleh semua pengawas bank di kantor pusat, kantor regional, dan kantor OJK.

Ke depan, otoritas akan mengembangkan OSIDA untuk mendukung pengawasan industri pasar modal dan industri keuangan non-bank (IKNB). Dengan demikian, OJK dapat melakukan analisis lintas sektor secara terintegrasi untuk mendeteksi peningkatan risiko pada satu sektor yang dapat berefek ke sektor lainnya.

Petugas menata uang rupiah yang masuk di Cash Center Bank Rakyat Indonesia Pusat, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Kelemahan pengawasan industri perbankan oleh OJK sempat menjadi sorotan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II 2019, lembaga auditor negara menyoroti pengawasan otoritas terhadap tujuh bank nasional secara individual yang dinilai tidak sepenuhnya sesuai dengan ketentuan.

Beberapa persoalan itu, antara lain, adalah temuan penyimpangan pemberian fasilitas kredit, peningkatan risiko kredit macet (NPL), serta kekurangan permodalan yang tidak dapat dideteksi dan dimitigasi sepenuhnya oleh pengawas. OJK menyatakan temuan tersebut telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi BPK.

Industri perbankan menyambut positif kehadiran OSIDA yang dirancang untuk mendukung fungsi pengawasan perbankan. Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Aestika Oryza Gunarto, mengatakan sistem deteksi dini permasalahan di tubuh bank oleh otoritas diharapkan dapat mencegah timbulnya risiko yang berpotensi mengganggu sistem industri jasa keuangan. “BRI sangat siap dengan adanya sistem pengawasan OSIDA ini dan tentunya akan sangat bermanfaat untuk mengawal strategi kami dalam melakukan transformasi digital,” ujarnya.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengungkapkan kecepatan proses deteksi risiko memang dibutuhkan di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi industri perbankan. “OJK diharapkan dapat lebih cepat memitigasi risiko yang timbul, seperti fraud atau kesalahan tata kelola,” katanya. Terlebih, sistem OSIDA menggunakan teknologi big data analysis sehingga data bisa diperoleh secara real-time dan transparan.

“Namun perlu diperhatikan bahwa sistem ini bersifat early warning system. Artinya, pembedahan risiko lebih lanjut akan tetap dianalisis untuk diformulasikan risikonya.” ujar Josua. Dia mengatakan, dengan sistem baru pengawasan bank ini, diharapkan keamanan nasabah dari bisnis perbankan dapat lebih terjaga. Dengan demikian, sektor perbankan dapat memitigasi risiko sistemis untuk mendorong pertumbuhan yang lebih solid.

GHOIDA RAHMAH

Baca Juga:

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus