Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terdongkrak Migrasi TV Digital

Migrasi siaran ke TV digital diperkirakan meningkatkan jumlah penonton platform video sesuai permintaan atau video on demand (VoD), seperti Vidio. Perusahaan siaran TV swasta berharap adanya persaingan yang adil dengan Netflix dkk.

30 September 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Migrasi siaran televisi atau TV analog ke TV digital diperkirakan mendongkrak jumlah penikmat hiburan video sesuai permintaan atau video on demand (VoD). Managing Director Vidio, Monika Rudijono, mengatakan digitalisasi siaran TV yang sedang digeber Kementerian Komunikasi dan Informatika turut menumbuhkan jumlah pengguna layanan milik perusahaannya.

“Adopsi smart TV dan set top box (STB) dipercaya mampu menjadi salah satu akselerator laju pertumbuhan pengguna Vidio,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.

Sejak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja diketok palu pada 2020, pemerintah mulai mengejar persiapan analog switch off (ASO) atau penghentian siaran analog. Dalam aturan sapu jagat yang mencakup perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran tersebut, program ASO di seluruh penjuru Indonesia wajib dirampungkan dalam dua tahun. Saat itu tenggatnya ditetapkan pada 2 November 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Pemilik TV modern sudah leluasa menangkap konten siaran digital. Adapun TV klasik masih membutuhkan perangkat tambahan untuk menangkap transmisi siaran—diistilahkan sebagai STB.

Menurut Monika, hampir semua merek TV pintar sudah dilengkapi dengan fitur pra-instalasi Vidio. Sudah ada lebih dari 300 model TV dan STB yang dipasangi aplikasi penyedia konten VoD ini. “Vidio berhasil menempati posisi pertama sebagai aplikasi yang paling direkomendasikan, baik di OS Android, Apple, Tizen, WebOS, maupun Linux,” tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ilustrasi aplikasi Netflix. TEMPO/Tony Hartawan

Tanpa digitalisasi TV pun, jumlah pelanggan berbayar Vidio tercatat tumbuh dua kali lipat pada paruh pertama tahun ini. Monika mengklaim aplikasi Vidio berkontribusi hingga 35 persen dari total pertumbuhan pelanggan konten multimedia atau over the top (OTT) berbayar di Asia Tenggara. Di kalangan industri penyedia OTT kawasan yang sama, dia meneruskan, tingkat pertumbuhan jumlah pelanggan Vidio pun menjadi yang tertinggi.

“Kami berfokus menumbuhkan jumlah pelanggan, salah satunya lewat produksi Vidio Original Series (VOS) secara masif,” kata dia. Manajemen pun menyasar hak penyiaran konten olahraga global, salah satunya FIFA World Cup Qatar 2022 yang akan tayang secara eksklusif di Vidio.

Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan ceruk pasar penyedia VoD masih sangat besar di Indonesia. “Penduduk kita banyak berasal dari generasi milenial dan Z yang cepat beradaptasi dengan teknologi,” ucapnya.

Konsumen Tersedot ke Pemain Asing seperti Netflix

Saat ini, ucap Nailul, volume konsumennya masih tersedot ke pemain asing, seperti Netflix dan Disney+. Namun konsumen konten VoD, seperti Vidio, Viu, dan Mola, pun terus bertumbuh. Banyak juga penikmat VoD yang terserap ke layanan konten gratis, seperti YouTube.

Meski begitu, dia menilai pengaruh program migrasi TV terhadap industri VoD sangat minim. Menurut Nailul, mayoritas pengguna TV analog yang memerlukan STB merupakan kalangan menengah ke bawah. “Tak berarti mereka akan masuk pasar VoD karena butuh biaya tambahan untuk berlangganan konten,” kata dia.

Adapun Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute, Heru Sutadi, memperkirakan arus konsumen VoD akan membesar seiring dengan tren adaptasi TV digital. Terlebih, tingkat pemakaian TV digital bisa bertambah ketika siaran analog dihentikan secara total menjelang akhir tahun ini.

“Masyarakat beralih dari TV analog yang kualitasnya kurang bagus. Nantinya TV digital bisa menjadi penyalur atau komplementer tayangan VoD,” tutur Heru.  

Wakil Ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Neil R. Tobing, membenarkan soal ketatnya persaingan antara perusahaan siaran TV swasta dan penyedia VoD saat ini. “Sudah bukan persaingan sesama TV, tapi ke depannya head to head dengan penyedia OTT,” kata dia. Namun penyedia konten multimedia dianggap masih bebas berekspansi di Indonesia tanpa harus mematuhi aturan baku industri TV. Akibatnya, Neil menilai kompetisi kerap menjadi tidak adil.  

YOHANES PASKALIS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus