Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Industri perbankan dan pembiayaan terus mengoptimalkan peluang penyaluran kredit untuk industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) berbasis baterai. Pembiayaan tersebut ditujukan untuk penjualan retail ataupun mendukung ekspansi pengembangan industri hulu. Apalagi industri kendaraan listrik tengah banjir insentif yang diluncurkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Insentif yang disediakan OJK, antara lain, adalah pelonggaran penilaian kualitas kredit dengan plafon hingga Rp 5 miliar, yang dapat didasarkan pada ketepatan membayar pokok dan/atau bunga serta pengecualian batas maksimum pemberian kredit (BMPK) untuk penyediaan dana produksi beserta infrastrukturnya. Ada juga pelonggaran ketentuan uang muka (down payment/DP) pembelian EV paling rendah sebesar nol persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Bank Central Asia Tbk (BCA), misalnya, menerapkan program DP nol persen untuk nasabah di wilayah Jakarta dan beberapa wilayah kota besar di Indonesia. Menurut Direktur BCA, Santoso, secara berkala, program tersebut juga akan diimplementasikan untuk berbagai wilayah lainnya di Indonesia. “Ke depan, kami senantiasa berkomitmen menyalurkan kredit secara prudent dan tetap mengkaji peluang serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian,” ujar dia kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Pada tahun ini, BCA juga menyelenggarakan BCA Expo Hybrid sejalan dengan tren pertumbuhan industri EV serta pemulihan permintaan kredit consumer. “Kami menerima total aplikasi kredit sekitar Rp 30 triliun,” kata Santoso. Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 12,6 persen secara tahunan menjadi Rp 682 triliun pada September 2022.
Komitmen serupa diungkapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturridha, mengatakan penyaluran kredit hijau, seperti ekosistem kendaraan listrik, menjadi prioritas perusahaan. Hal itu tercatat dari portofolio kredit berkelanjutan perseroan yang mencapai Rp 221,1 triliun atau sebesar 24 persen dari total kredit per akhir kuartal III 2022. Khusus penyaluran untuk transportasi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik, nilainya mencapai Rp 2,8 triliun.
Suasana pengisian daya kendaraan listrik di salah satu stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di Jakarta, 18 Oktober 2022. TEMPO/Tony Hartawan
“Kami juga mendorong secara aktif, baik segmen bisnis maupun subsidiaries di Bank Mandiri, seperti micro personal loan dan Mandiri Tunas Finance (MTF), mengembangkan produk-produk pembiayaan EV untuk kendaraan roda empat, roda dua, ataupun (pembangunan) charging station,” ucap Rudi. Ke depan, Bank Mandiri akan melanjutkan penyaluran pembiayaan kepada bisnis nasabah-nasabah korporasi di sektor ini.
Rudi berujar saat ini tren implementasi pembiayaan ke sektor hijau terus membaik. Tapi terdapat tantangan yang harus dihadapi industri jasa keuangan. “Misalnya insentif terhadap pembiayaan hijau yang disebabkan oleh bertambahnya prosedur untuk melakukan verifikasi mengenai penetapan underlying atau jaminan bagi debitor,” katanya.
Tak hanya perbankan, perusahaan pembiayaan atau multifinance pun mulai serius menggarap pembiayaan kendaraan listrik, khususnya pada 2023. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance), misalnya, menargetkan portofolio pembiayaan kendaraan listrik mencapai Rp 20 miliar.
“Dengan tersedianya beragam merek kendaraan listrik, permintaan masyarakat diproyeksikan akan meningkat,” ucap Direktur Utama Adira, Dewa Made Suslia. Penetrasi kepada konsumen peminat mobil listrik pun akan ditingkatkan. “Kami akan menawarkan bunga yang kompetitif.”
Merujuk pada data OJK, penyaluran kredit untuk EV oleh perbankan nasional mencapai Rp 710 miliar hingga Juni 2022. Nilai itu lebih tinggi dibanding pada periode Desember 2021 yang sebesar Rp 571,8 miliar. Sedangkan sektor multifinance, hingga Juni 2022, mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 283,52 miliar.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, berdasarkan survei dan evaluasi yang dilakukan, penyaluran kredit ke sektor kendaraan hijau bergantung pada suplai dan permintaan yang sering kali menjadi kendala.
Menurut dia, dari sisi suplai, perbankan masih perlu meningkatkan kompetensi SDM untuk menjadi asesor. Di sisi lain, bank belum memiliki regulasi internal yang mendukung penyaluran kredit EV sebagai prioritas. “Sedangkan dari sisi permintaan, sejumlah bank menyampaikan debitor yang membutuhkan kredit, baik di hulu maupun hilir, juga masih terbatas lokasi wilayahnya,” ujar Dian.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo