Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Prospek Cuan Emiten Perbankan

Kinerja keuangan dan harga saham perbankan terus moncer. Didukung pemulihan ekonomi hingga sentimen pemilihan umum tahun depan.

24 Juli 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Prospek emiten perbankan diperkirakan moncer pada sisa tahun ini seiring proyeksi pertumbuhan kredit.

  • Pada triwulan III 2023, Bank Indonesia memperkirakan penyaluran kredit baru masih akan tumbuh positif.

  • Emiten perbankan juga akan diuntungkan dengan momentum pemilihan umum pada 2024.

JAKARTA - Prospek emiten perbankan diperkirakan moncer pada sisa tahun ini. Ekspektasi pertumbuhan kredit yang masih tinggi bakal menjadi penopang kenaikan harga saham perusahaan perbankan, khususnya emiten dengan kapitalisasi tinggi.

"Emiten perbankan, terutama yang ada customer based cukup besar, bisa mencaplok permintaan kredit tinggi tersebut. Ini menjadi sinyal positif untuk sektor perbankan," ujar Analis Riset Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani kepada Tempo, pada akhir pekan lalu.

Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan II 2023 meningkat. Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 94,0 persen. Bank sentral mencatat pertumbuhan kredit baru terjadi pada hampir seluruh jenis kredit, kecuali kredit investasi yang sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III 2023, Bank Indonesia memperkirakan penyaluran kredit baru masih akan tumbuh positif, terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 86,3 persen. Standar penyaluran kredit pada triwulan III 2023 diprakirakan sedikit lebih ketat dibanding periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) positif sebesar 0,1 persen. Kebijakan penyaluran kredit diprediksi lebih ketat, antara lain pada suku bunga kredit dan premi kredit berisiko.

Aktivitas pelayanan perbankan di Bank BRI cabang Fatmawati, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Hasil survei BI yang dirilis pekan lalu tersebut juga menunjukkan responden tetap optimistis atas pertumbuhan kredit ke depan. Responden memperkirakan pertumbuhan kredit untuk keseluruhan 2023 sebesar 10,9 persen dibanding periode tahun lalu. Angka tersebut dianggap cukup positif meski tidak setinggi realisasi pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 11,4 persen.

"Optimisme terkait pertumbuhan kredit jadi faktor tambahan untuk optimisme terkait sektor perbankan secara umum," ujar Arjun. Menurut dia, beberapa emiten yang masuk daftar empat perusahaan perbankan dengan kapitalisasi besar sejatinya masih memiliki valuasi yang menarik alias undervalued dan memiliki kinerja fundamental yang cukup baik. Perusahaan-perusahaan tersebut juga dinilai memiliki tingkat kredit macet, rasio kecukupan likuiditas, serta tingkat pengembalian ekuitas yang aman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di samping itu, ia menilai emiten perbankan juga akan diuntungkan dengan momentum pemilihan umum pada 2024. Musababnya, sejarah mencatat bahwa sektor keuangan kerap diuntungkan dibanding sektor lain menjelang pemilu. Pada tahun politik, konsumsi masyarakat kerap meningkat, sehingga mendorong peningkatan penyaluran kredit konsumsi.

"Selain karena pemilu, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan prospek bisnis yang bagus akan membuat kredit untuk bermacam sektor bisa meningkat. Misalnya kredit infrastruktur, hipotek," ujarnya. Ia pun meyakini penyaluran kredit tetap baik walaupun tingkat suku bunga sedang tinggi. "Ini bisa di-offset dengan daya beli dan kepercayaan konsumen yang masih tinggi."

Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, sepakat bahwa kondisi perekonomian saat ini akan mendukung kinerja dan penyaluran kredit perbankan. Ia memperkirakan permintaan kredit akan tinggi karena beberapa faktor. Faktor pendorong itu antara lain pemulihan ekonomi pasca-pandemi yang kian terlihat dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin progresif. Selain itu, konsumsi akan meningkat seiring dengan pemilu, adanya pembangunan konektivitas, serta perubahan status dari pandemi menjadi endemi.

Dari sisi industri, ia mengatakan, Purchasing Managers' Indeks yang masih berada di level ekspansif selama 22 bulan juga semestinya bisa mempengaruhi permintaan kredit untuk mendorong sektor manufaktur. Dengan begitu, kinerja perbankan diperkirakan bisa terdorong. "Makanya laporan keuangan perbankan juga hasilnya baik dan tumbuh progresif, apalagi dengan BI yang terus mempertahankan suku bunga meski The Fed akan menaikkan lagi bunganya," ujarnya. 

Menyitir laporan keuangan triwulan I dari masing-masing perusahaan, Tempo mencatat beberapa perbankan dengan kapitalisasi terbesar mencetak laba yang meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Misalnya saja PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang pada tiga bulan pertama 2023 mencetak laba Rp 11,5 triliun, naik dari Rp 8,06 triliun pada tahun lalu. 

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI juga mencetak laba yang melesat dari Rp 12,17 triliun pada kuartal I 2022 menjadi Rp 15,5 miliar di periode yang sama pada tahun ini. Adapun Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih Rp 12,56 triliun pada kuartal pertama 2023, naik dari capaian tahun lalu yang sebesar Rp 10,32 triliun.

Kinerja keuangan yang kinclong dari perusahaan-perusahaan perbankan tersebut juga dibarengi dengan kenaikan harga saham yang cukup signifikan sejak awal tahun. Harga saham BCA naik 7,02 persen sejak awal tahun ke posisi Rp 9.150 per saham, harga saham BRI naik 15,5 persen menjadi Rp 5.625 per saham, dan Bank Mandiri harganya naik 12,39 persen menjadi Rp 5.550 per saham. Harga saham Bank Mandiri tersebut adalah rekor tertinggi yang ditembus pada Kamis lalu.  

Pendiri Traderindo.com, Wahyu Tri Laksono, meyakini kinerja perbankan, bahkan indeks IDXFINANCE, bakal terus kuat pada sisa tahun ini, bahkan pada awal tahun depan, kendati indeks lainnya di pasar modal tampak terkoreksi. "Terutama jika dolar Amerika Serikat semakin lemah, dan harapan support pasar atas Fed untuk stimulus atau cut rate semakin diharapkan terjadi, indeks finansial, khususnya perbankan, berpotensi membaik," tuturnya.

CAESAR AKBAR

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus