Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penjualan mobil listrik pada kuartal pertama 2022 baru 680 unit.
Hanya penjualan mobil listrik jenis plug-in hybrid yang tercatat meningkat.
Edukasi dan harga menjadi dua hal penting untuk meningkatkan minat masyarakat beralih ke mobil listrik.
JAKARTA – Penjualan mobil listrik jenis murni, plug-in hybrid (PHEV), dan hibrida menurun pada kuartal pertama tahun ini dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat angkanya anjlok dari 1.136 unit menjadi 680 unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menuturkan penjualan mobil listrik murni mengalami perubahan paling drastis. Dari capaian kuartal I 2021 yang sebanyak 260 unit, pada tiga bulan pertama tahun ini angkanya hanya 24 unit. Sementara itu, penjualan mobil listrik jenis hibrida turun dari 875 unit menjadi 646 unit. Tercatat hanya PHEV yang penjualannya naik, dari 1 unit menjadi 10 unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski demikian, Kukuh menyebutkan masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa kinerja penjualan mobil listrik pada tiga bulan terakhir ini berkaitan dengan penurunan permintaan masyarakat. “Penjualan mobil listrik masih belum stabil,” kata dia, kemarin. Selain itu, penurunan penjualan terjadi karena varian mobil listrik yang tersedia di pasar saat ini lebih sedikit dibanding pada tahun lalu.
Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD City, Tangerang, 15 November 2021. TEMPO/Tony Hartawan
Gaikindo menilai masih ada peluang kenaikan penjualan pada tahun ini. Salah satu hal yang berpotensi menjadi pengungkit penjualan adalah perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November mendatang. Dalam acara itu, pemerintah memutuskan menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan para delegasi untuk mendukung upaya pengurangan emisi. Kendaraan yang disiapkan terdiri atas Hyundai Ioniq 5 dan Genesis G80, serta Toyota bZ4X.
Selain itu, pemerintah berkomitmen memanfaatkan mobil listrik untuk keperluan instansi negara. Sejak tahun lalu, Kementerian Perindustrian menargetkan pembelian 531 ribu unit kendaraan listrik, yang terdiri atas 133 ribu unit mobil dan 398 ribu sepeda motor listrik. Pembeliannya bertahap dilakukan sampai 2030.
Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia, Makmur, menyatakan faktor edukasi kepada konsumen masih akan sangat mempengaruhi penjualan kendaraan listrik. Edukasi ini, kata dia, tidak cuma menjelaskan manfaat serta penggunaan mobil listrik. “Tapi juga selalu menginformasikan dukungan yang diberikan oleh pemerintah untuk ekosistem mobil listrik, seperti bebas ganjil-genap.”
Ihwal fasilitas pengisian daya yang selama ini menjadi tantangan mobil listrik, Makmur meminta pelanggan tak perlu khawatir lagi. Hyundai telah membangun lebih dari 180 stasiun pengisian daya di seluruh Indonesia. Untuk keadaan darurat, perusahaan juga menyiapkan layanan mobile charging (pengisian daya bergerak) dan roadside assistance untuk pelanggan mobil listrik.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy, menyatakan kesiapan ekosistem menjadi faktor penting untuk menumbuhkan pasar dan mempengaruhi penjualan kendaraan listrik di Indonesia. Strategi perusahaan untuk mengembangkan ekosistem ini antara lain dengan menyediakan produk yang lengkap, dari mobil listrik murni, PHEV, hingga yang bertenaga baterai.
“Seiring dengan semakin siapnya infrastruktur kendaraan elektrifikasi di Indonesia, Toyota akan menghadirkan lebih banyak lagi model elektrifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk menunjang mobilitas sehari-hari,” ujar Anton.
Faktor lain yang tak kalah penting dalam mendongkrak penjualan kendaraan listrik adalah perubahan harga. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, menuturkan harga jual kendaraan jenis ini masih jauh dari kemampuan finansial rata-rata masyarakat Indonesia. “Harganya masih mahal, satu kendaraan masih sekitar Rp 600 juta,” tuturnya. Sementara itu, kendaraan terbanyak di dalam negeri harganya berkisar Rp 300 juta.
Dengan insentif dari pemerintah, Tauhid memperkirakan mobil listrik bisa lebih mudah terjangkau, seperti lewat pembebasan pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, bahkan subsidi. Secara beriringan perlu juga didorong kebijakan disinsentif bagi kendaraan berbahan bakar minyak.
VINDRY FLORENTIN
Baca Juga:
- Senyap Suara Program Konversi Sepeda Motor Listrik
- Dipakai Pemerintah Sebelum Diserap Masyarakat
- Ramai-ramai Masuk Ekosistem Kendaraan Listrik
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo