Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pulihnya kinerja penyedia produk konsumen dan pusat belanja mendongkrak pamor saham emiten retail. Ketua Nasional Komunitas Investor Saham Pemula, Frisca Devi Choirina, mengatakan saham sektor retail kian diincar investor individu seiring dengan kebangkitan daya beli masyarakat. “Minat ke sektor retail meningkat karena dianggap potensial, selain perbankan dan consumer goods,” ucapnya kepada Tempo, kemarin, 3 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aktivitas retail dan pusat belanja kembali meningkat ketika pemerintah melonggarkan pembatasan mobilitas. Yang terbaru adalah penurunan status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) hingga level 1 di kota-kota metropolitan pada akhir Mei 2022. Lewat Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2022, pemerintah mengizinkan kapasitas kantor dan pusat perdagangan dibuka sepenuhnya. Mal kini diizinkan buka hingga pukul sepuluh malam. Namun pengelola lapak belanja masih harus menyaring pengunjung dengan aplikasi PeduliLindungi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa saham emiten yang kini menjadi sorotan di Bursa Efek Indonesia (BEI), kata Frisca, adalah milik peretail barang kebutuhan harian, seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), serta saham emiten aksesori dan peralatan, misalnya PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). “Retail bangkit ketika minat ke emiten teknologi menurun, tapi masing-masing ada masanya,” ucap salah satu pendiri akun keuangan dan investasi, Ngerti Saham, itu.
Pengunjung belanja di Mal Ramayana Cimone, Kota Tangerang, Banten, 10 Februari 2022. ANTARA/Fauzan
Merujuk pada laporan keuangan triwulan pertama 2022, kinerja beberapa emiten retail ternama memang tercatat positif. Pendapatan RALS tumbuh 22,32 persen secara tahunan dari Rp 490,94 miliar menjadi Rp 600,53 miliar. Laba bersih PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), pengelola gerai merek populer seperti Starbucks dan Burger King, melonjak dari Rp 51,51 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp 496,54 miliar.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan transaksi saham peretail pangan, seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), juga melonjak di tengah gelojak inflasi. Sepanjang kuartal I 2022, laba ICBP naik 12 persen menjadi Rp 1,94 triliun dari Rp 1,74 triliun pada kuartal pertama tahun lalu.
“Bahan baku pangan sedang diandalkan,” ucap Nico kepada Tempo, Jumat, 1 Juli lalu. Selain sudah tenar di kalangan konsumen lokal, pamor ICBP naik setelah mengakuisisi Pinehill Company pada Agustus 2020. Perusahaan sedang mendorong distribusi ke Timur Tengah.
Meski tengah naik daun, kata Nico, para raksasa retail tetap harus memperhatikan pengembangan jenis produk dan skema distribusi. “Retail yang bertahan adalah yang melakukan diversifikasi bisnisnya. Dalam arti tidak hanya beroperasi secara konvensional, tapi juga secara digital.”
Analis Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy, menyebutkan tingkat permintaan retail saat ini tak setinggi kondisi Ramadan dan Lebaran yang lalu. “Tapi biasanya akan ada penguatan permintaan lagi saat mendekati akhir tahun,” kata dia, kemarin.
Hingga akhir perdagangan bursa pada Jumat lalu, harga saham sebagian besar emiten retail tercatat melemah. Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pun ditutup di zona merah. “Banyak investor yang sedang khawatir karena angka inflasi Juni sudah menembus 4,35 persen secara tahunan,” kata Paulus.
Mengolah data Google Mobility per 19 Juni 2022, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, sebelumnya menyebutkan pergerakan masyarakat ke pusat belanja sempak naik hingga 29 persen. Hal ini dimanfaatkan peretail untuk mengosongkan stok barang yang tersisa gudang. “Minat pengunjung bisa ditingkatkan dengan berbagai cara, misalnya festival diskon atau insentif parkir di sekitar pusar belanja.”
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengatakan tingkat kunjungan ke mal dan lapak belanja modern terus melonjak. Sejak kuartal terakhir tahun lalu, tingkat okupansi pengunjung sudah berkisar 60 persen dari kondisi 2019 atau pra-pandemi. “Rata-rata tingkat kunjungan pada 2022 ini bisa mencapai 80 persen dari masa normal,” tutur dia kepada Tempo.
NATHANIA ALEXANDRA | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo